Mereka adalah penyandang disabilitas yang sama sekali bukan kehendak dari mereka untuk menjadi orang yang memiliki keterbatasan dibanding dengan manusia normal lainnya.
Dalam hali ini saya juga dapat memahami dengan baik, mengapa Alam dan teman-temannya merasa seperti itu. Refleksi dari memegang teguh prinsip kesamaan hak yang dikemukakan Alam dan teman-temannya dapat dilihat dari bagaimana Alam tampil dalam kesehariannya tanpa sedikitpun rasa rendah diri yang membayanginya.
Dalam beberapa hal justru Alam sering memberikan kritik dan saran konstruktif pada beberapa masalah yang kebetulan memang dikuasainya, tanpa diikuti rasa rendah diri dari seorang yang memiliki keterbatasan.
Sekali lagi saya sangat respek dan salut pada Alam dan semua penyandang disabilitas yang masih tetap memiliki “fighting spirit” yang luar biasa dalam menjalani hidup yang penuh tantangan ini.
Disadari benar, perlakuan pemerintah dan masyarakat pada umumnya di negeri ini masih jauh sangat kurang dibandingkan dengan apa yang terjadi di negara-negara maju. Sekedar contoh sederhana saja, bahwa di negara maju, pada setiap ruang publik antara lain di “shopping-mall”, maka area parkir yang dekat dengan pintu masuk, selalu diberikan prioritas bagi mereka penyandang disabilitas.
Demikian pula toilet di bandara serta di kawasan pelayanan transportasi publik lainnya mereka memperoleh prioritas sebagai bentuk toleransi penuh dari mereka yang kebetulan secara fisik dan psikis “normal”.
Tentu saja besar harapan kita semua, hal yang tidak menyenangkan sahabat nya Alam, (dan kalangan tunanetra pada umumnya) tidak terulang kembali. Penyandang disabilitas tidak sepatutnya diperlakukan secara diskriminatif. Mereka bukan dan sangat berbeda dengan orang “sakit”.
Tanggung jawab kita ke depan adalah memberikan yang terbaik bagi sesama. George Bernard Shaw pernah menekankan, "We are made wise not by the recollection of our past, but by the responsibility for our future".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.