Tentang Bapak AURI Marsekal Soeriadi Suryadarma sebagai arsitek Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI), peletak dasar dan pimpinan AURI mulai 9 April 1946-19 Januari 1962, sebagian besar pembaca sejarah nasional pasti tahu.
Tetapi, Suryadarma sebagai filatelis tulen, yang mengumpulkan prangko sarat nilai sejarah mulai dari awal kemerdekaan Indonesia sampai saat akhir hidupnya, tidak banyak yang tahu.
Bahkan, beliau yang wafat pada 16 Agustus 1975 ini, adalah pendiri dan ketua pertama Perkumpulan Filatelis Indonesia (PFI). Rumah pribadi kediaman resmi KSAU di Jalan Mendut 10 menjadi kantor pengurus besar PFI sekitar tahun 1970-an.
Priyanti Suryadarma Pakan (77 tahun), puteri tertua Soeriadi Suryadarma, mengingat persis bagaimana telatennya sang ayah menjalankan hobi ini sejak masih memimpin AURI. Berperang, berstrategi militer bersama para pimpinan angkatan bersenjata yang lain, tetapi di saat luang masih sempat mengumpulkan dan merawat prangko dengan apiknya.
Suryadarma sadar betul, prangko, yang pada masa jayanya sebenarnya diterbitkan sebagai benda pos, tanda biaya berkirim surat, punya jejak sejarah suatu bangsa. Prangko membawa nama bangsa, karena nama negara pembuat dan peristiwa yang menandainya, selalu tercantum.
Bukan sedikit, ada berpuluh album dengan ratusan helai koleksinya. Mulai dari yang langka dari masa sebelum kemerdekaan, prangko seri ulang tahun AURI, sampai yang terkait peristiwa sejarah.
Misalnya prangko yang khusus diterbitkan Presiden Sukarno pada saat pembukaan Pesta Olahraga GANEFO (Games for The New Emerging Forces), negara-negara baru di kawasan Asia, di Jakarta 10 November 1962.
Bedak Tabur dan Prangko Ayah
“Saya masih ingat sering diberi pekerjaan rumah sepulang sekolah. Mengeluarkan dan merawat koleksi Papa yang tersimpan dalam puluhan album prangko. Satu minggu sekali puluhan album itu saya buka satu per satu dan ditaburi bedak di atasnya. Kata Papa, itu berguna untuk mengawetkan prangko dan menghindarinya dari jamur,” kenang Priyanti yang saat ini masih mengajar di Jurusan Antropologi, FISIP, Universitas Indonesia.
Cara rawat itu ternyata mangkus. Maka, jangan heran kalau koleksi yang sudah sama tuanya dengan usia republik ini, masih terawat, tidak berjamur dan lukisan prangkonya masih tajam dan bisa dinikmati dengan baik.
Untuk mata awam yang bukan filatelis pun, koleksi Suryadarma sangat indah. Untaian sejarah bangsa lewat benda pos yang kini telah langka. Nilai sejarah, sekaligus juga nilai materialnya, pasti sangat tinggi.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan