Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wawancara Kepala Arsip Nasional, Supersemar Gelap, Tak Ada Dokumen dari Periode Itu

Kompas.com - 12/03/2016, 09:08 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

Idealnya berapa lama sebuah arsip harus disimpan di ANRI. Ini kan peristiwa 1966, dan baru diserahkan 1995?

Menurut SOP kami, begitu peristiwa itu selesai langsung diserahkan ke kami. Seperti saat pidato Pak Harto lengser, itu langsung kami kejar. Kami tidak mau terulang (arsip) itu hilang.

Kalau saya baca, ini bukan menafsirkan ya, baca dari biografi Pak Sudharmono. Ketika sudah selesai dibuat, disuruh staf tata usaha Letkol Budiono untuk digandakan. Ketika itu Pak Sudharmono dapat satu, yang aslinya disimpan.

Pak Budiono belum sempat kami wawancarai. Kami memang punya program untuk mewawancarai orang-orang yang dekat dengan presiden, dekat dengan para jenderal.

Memang sih ada yang belum sempat, seperti Pak Basuki Rachmat, M Jusuf, hanya keponakannya M Jusuf sudah pernah kami wawancarai. Waktu itu disebut tidak tahu. Kami belum sempat wawancara, termasuk Pak Harto sendiri. Ya pada massa itu tentu berbeda ya.

Informasi apa yang didapat soal penyimpanan Supersemar?

Sejak tahun 2000 kami pernah wawancarai, seperti Sesneg Bondan Gunawan. Logikanya ada di Setneg. Setelah itu kami terus melacak.

Kami menanyakan ke ajudan, ke anggota dewan, tokoh yang dianggap tahu, sampai ke anak Soekarno, Sukmawati. Mereka semua enggak tahu di mana itu surat.

Memang ada dokumen penting (selain Supersemar) yang kami tidak simpan. Pagi ketika 11 Maret 1966 kan ada sidang kabinet. Pak Amirmachmud ikut di situ karena diminta Soekarno. Waktu rapat, ajudan, Brigjen Sabur memberikan nota dinas ke Amirmachmud, yang menyebut ada pasukan tidak dikenal. Sayangnya, itu tidak ada di kami. Kami simpan arsip yang kecil-kecil karena suatu saat itu jadi peristiwa besar dan itu jadi petunjuk.

Saat Pak Amir tidak beri respons, Brigjen Sabur beri ke Presiden yang kemudian ke Bogor. Nah tiga jenderal itu kemudian mengatakan ingin ke Bogor supaya bisa menemani Soekarno. Di situ dikatakan Amirmachmud, kalau bisa disebut instruksi. Nah, proses itu tidak ada dalam arsip kami.

Karena, ada versi yang mengatakan surat itu disiapkan di Jakarta. Ada yang bilang dibuat di Bogor, atas perintah Soekarno. Ada yang mengetik yang ditemani Brigjen Sabur. Proses itu tidak ada di kami. Kenapa kami katakan Supersemar itu gelap karena arsip-arsip yang ada pada periode itu pun enggak ada.

Kami juga wawancarai Pak Sukardjo Wilardjito, Pak Moerdiono, waktu itu dia mengatakan melihat katanya ada dua lembar. Tetapi, pada wawancara kedua 2008, dia mengaku tidak tahu lagi keberadaannya.

Kami bisa memahami karena negara dalam kondisi chaos, genting. Orang enggak memperhatikan. Tetapi, kemudian itu jadi sangat penting sekali. Meskipun ini sudah selesai, kami tetap menganggap ini sangat penting sekali. Ini bagian dari proses perjalanan ketatanegaraan kita.

Sesulit apa mewawancarai mereka yang diduga mengetahui?

Ada yang keburu tidak ada (meninggal). Kalau M Jusuf, diserahkan ke keponakannya, tetapi disebut tidak tahu. Intinya, mereka hanya mendengar ada, ada yang tahu, kami kejar.

Ketika kami tanyakan di mana, mereka bilang enggak tahu. Arsipnya tidak tahu ada di mana, ini yang menyebabkan Supersemar itu misterius.

Ada laporan masyarakat yang mengaku tahu?

Ada, terakhir itu 2013, ada anggota dewan yang bilang punya itu. Tetapi, setelah dicek, ternyata fotokopi saja dari ini (salah satu arsip yang disimpan ANRI).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com