Ia menyerahkan selembar kertas yang menurut dia merupakan naskah asli Surat Perintah 11 Maret (Supersemar).
Kepala ANRI Mustari Irawan mengatakan, pihaknya sempat yakin bahwa dokumen yang diserahkan Nurinwa adalah dokumen asli.
"Kami saat itu yakin 99 persen bahwa surat itu autentik," ujar Mustari, saat dijumpai Kompas.com, Kamis (10/3/2016) kemarin.
Berdasarkan keterangan Nurinwa, ia mendapatkan dokumen itu dari penjaga makam di Trowulan, petilasan Kerajaan Majapahit di Jawa Timur.
Surat yang sudah robek di sisi kirinya itu dilapisi kertas karton dan ditempel di dinding area petilasan.
Sumber lain menyebutkan, petilasan itu merupakan tempat yang sering dikunjungi Soeharto.
Tidak ada yang mengetahui berapa lama surat itu tertempel di sana. Tak ada pula yang mengetahui siapa yang menempelnya. Informasi kembali tak memberikan titik terang.
Koordinasi dengan Istana
ANRI pun melakukan pengecekan dengan mencocokkan konsep surat itu dengan surat-surat kepresidenan pada bulan dan tahun yang sama.
Hasilnya, terdapat kemiripan sehingga patut diduga dokumen Supersemar itu asli.
Berbekal keyakinan itu, ANRI menghubungi Menteri Sekretaris Negara saat itu, Sudi Silalahi.
"Tadinya kami mau menghubungi Pak Sudi Silalahi supaya Presiden (Susilo Bambang Yudhoyono) mengumumkan bahwa Supersemar ini telah ditemukan setelah sekian lama," ujar Mustari.
Namun, masih ada yang mengganjal. ANRI butuh bukti ilmiah lebih dari sekadar membandingkan keaslian dokumen itu.
ANRI meminta Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Bareskrim Polri untuk mengujinya.