Menurut dia, menteri berlatar belakang profesional kerap memicu keributan di internal Kabinet Kerja.
"Yang menarik ternyata yang suka gaduh antarsesama adalah para menteri nonparpol," kata Arsul saat dihubungi, Kamis (3/3/2016).
Ia mengatakan, sebelum Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said saling serang terkait Blok Masela, terjadi kegaduhan antarmenteri nonparpol.
Dia mencontohkan, perseteruan antara Menteri Perdagangan Thomas Lembong dan Menteri Pertanian Andi Amran Saleh mengenai impor beras.
Sebelum itu, Rizal Ramli juga sempat berseteru dengan Wakil Presiden terkait proyek pembangkit listrik 35.000 Megawatt.
Ia meragukan jika ada menteri yang berdalih bahwa gaduh yang ditimbulkannya untuk kepentingan rakyat.
"Kalau perspektifnya adalah nilai manfaat yang lebih bagi bangsa dan negara, mestinya mereka saling mengisi, melengkapi atau menyempurnakan," kata Anggota Komisi III DPR ini.
Arsul meminta Presiden Joko Widodo segera bersikap tegas dengan menegur para menteri yang kerap berseteru.
Jokowi harus mengambil tindakan karena kegaduhan ini mendegradasi kewibawaan Presiden dan pemerintahan secara keseluruhan.
"Saya kira jika setelah ditegur Presiden yang bersangkutan tetap tidak bisa mengendalikan diri, maka ya perlu direshufle saja," tambah dia.
Sudirman Said sebelumnya melontarkan kekesalan karena kerjanya dihambat oleh seseorang. Dia mengatakan, orang yang dimaksud merupakan koleganya di pemerintahan.
"Kok malah kolega yang menghambat?" ujar Sudirman di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (29/2/2016).
Dia menjelaskan, koleganya tersebut menghambat berbagai keputusan yang menjadi tanggung jawab Menteri ESDM, di antaranya keputusan pengembangan Blok Masela dan Freeport.
Berdasarkan catatan Kompas.com, menteri yang kerap mengkritik berbagai kebijakan sektor ESDM adalah Rizal Ramli.
Saat ini, Rizal bahkan terus mengupayakan pengembangan Blok Masela dengan cara onshore atau membangun kilang LNG di darat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.