Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mohamad Burhanudin
Pemerhati Kebijakan Lingkungan

Penulis lepas; Environmental Specialist Yayasan KEHATI

Amnesia Sejarah dan Melempemnya Kiri

Kompas.com - 02/03/2016, 09:26 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Pasalnya, pada masa ini, banyak kelompok berusaha mewujudkan agenda politik yang tertutup dan konservatif dengan memanfaatkan kebebasan dan keterbukaan. Sementara, negara dan elite kurang peduli dengan suara-suara yang berkembang, bahkan cenderung memanfaatkannya untuk kepentingan politik pemilihan.

Harus diakui, narasi sejarah Orba yang masih kuat menancap dan kian menguatnya puritanisme beragama adalah dua hal yang sangat populis dan strategis dalam politik pemilihan.

Maka tidak heran, elite dan negara cenderung membiarkan, bahkan mendukung gerakan ormas-ormas kanan memberangus upaya pelurusan sejarah oleh kelas menegah yang kritis, terutama kelompok kiri.

Politik selalu punya cara sendiri dalam memandang waktu dan memilih lupa. Dalam konteks ini, negara cenderung memilih lupa. Amnesia sejarah adalah ladang subur tumbuhnya benih-benih fasisme.

Itulah sebabnya, hari-hari ini kita kerap disuguhi sepak terjang kelompok-kelompok tertentu, yang begitu leluasanya menghardik, mengobrak-abrik, menghentikan paksa, bahkan melakukan kekerasan fisik terhadap kegiatan-kegiatan kelompok lain yang mereka anggap berbau komunis, kafir, dan label-label buruk lain yang dulu sangat lekat dengan gaya intimidasi Orba, sementara negara terkesan membiarkan.

Melempemnya kiri

Di pihak lain, upaya pelurusan sejarah bangsa berjalan begitu-begitu saja. Tak ada upaya yang lebih terstruktur, rapi dan meluas. Gerakan kiri yang kritis dan pluralis, kehilangan elan militansinya.

Sebaliknya, milintansi, gerakan massa, dan konsolidasi kekuatan justru lebih terlihat di kubu kanan yang cenderung konservatif.

Dalam hal ini dapat dikatakan, kian suburnya benih-benih fasisme di negeri ini juga tak lepas dari ketiadaan arah, konsolidasi, dan strategi yang jelas dari kalangan kiri itu sendiri.

Filsuf asal Slovenia, Slavo Zizek pernah mengatakan, revolusi tak bisa dipesan. Dia buah yang panas dari kemarahan otentik dan antagonisme yang mendalam.

Celakanya, lagi-lagi, prasyarat itu juga tak kunjung terpenuhi oleh kalangan kiri di negeri ini. Gerakan mereka cenderung elitis dan kurang mengakar kepada massa akar rumput.

Pemahaman dan kesadaran intelektual yang mereka miliki belum tertransformasi menjadi sebuah energi kemarahan otentik yang mampu menjadi katalisator bagi gerakan massal menuju kesadaran sejarah baru dan pemahaman kritis sebagai warga negara.

Di tikungan, mereka justru kerap tersalip oleh kelompok kanan yang lebih sigap dan terbiasa dengan politik massa dan merebut ruang publik. Sesuatu yang secara naluriah semestinya milik kaum kiri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rayakan Ulang Tahun Ke 55, Anies Gelar 'Open House'

Rayakan Ulang Tahun Ke 55, Anies Gelar "Open House"

Nasional
KSAU Tinjau Kesiapan Pengoperasian Jet Tempur Rafale di Lanud Supadio Pontianak

KSAU Tinjau Kesiapan Pengoperasian Jet Tempur Rafale di Lanud Supadio Pontianak

Nasional
Jokowi: Alat Komunikasi Kita Didominasi Impor, Sebabkan Defisit Perdagangan Rp 30 Triliun

Jokowi: Alat Komunikasi Kita Didominasi Impor, Sebabkan Defisit Perdagangan Rp 30 Triliun

Nasional
Wapres Ma’ruf Amin Minta Penyaluran Dana CSR Desa Diperhatikan agar Tepat Sasaran

Wapres Ma’ruf Amin Minta Penyaluran Dana CSR Desa Diperhatikan agar Tepat Sasaran

Nasional
Hakim MK Tegur KPU karena Renvoi Tak Tertib dalam Sengketa Pileg

Hakim MK Tegur KPU karena Renvoi Tak Tertib dalam Sengketa Pileg

Nasional
Soal Silaturahmi Kebangsaan dengan Presiden dan Wapres Terdahulu, Bamsoet: Tinggal Tunggu Jawaban

Soal Silaturahmi Kebangsaan dengan Presiden dan Wapres Terdahulu, Bamsoet: Tinggal Tunggu Jawaban

Nasional
Hormati Ganjar, Waketum Gerindra: Sikap Oposisi Bukan Pilihan yang Salah

Hormati Ganjar, Waketum Gerindra: Sikap Oposisi Bukan Pilihan yang Salah

Nasional
Ganjar Pilih di Luar Pemerintahan, Bamsoet: Boleh, tapi Kita Bekerja Gotong Royong

Ganjar Pilih di Luar Pemerintahan, Bamsoet: Boleh, tapi Kita Bekerja Gotong Royong

Nasional
Hanya Ada 2 'Supplier' Indonesia yang Pasok Perangkat untuk Apple, Jokowi: Memprihatinkan

Hanya Ada 2 "Supplier" Indonesia yang Pasok Perangkat untuk Apple, Jokowi: Memprihatinkan

Nasional
Jokowi Resmikan Indonesia Digital Test House, Anggarannya Hampir 1 Triliun

Jokowi Resmikan Indonesia Digital Test House, Anggarannya Hampir 1 Triliun

Nasional
KPK Didesak Usut Pemberian THR ke Anggota DPR dari Kementan, Panggil Bersaksi dalam Sidang

KPK Didesak Usut Pemberian THR ke Anggota DPR dari Kementan, Panggil Bersaksi dalam Sidang

Nasional
Pabrik Bata Tutup, Jokowi: Usaha Itu Naik Turun, karena Efisiensi atau Kalah Saing

Pabrik Bata Tutup, Jokowi: Usaha Itu Naik Turun, karena Efisiensi atau Kalah Saing

Nasional
KPU Ungkap Formulir C.Hasil Pileg 2024 Paniai Dibawa Lari KPPS

KPU Ungkap Formulir C.Hasil Pileg 2024 Paniai Dibawa Lari KPPS

Nasional
Soal 'Presidential Club' Prabowo, Bamsoet Sebut Dewan Pertimbangan Agung Bisa Dihidupkan Kembali

Soal "Presidential Club" Prabowo, Bamsoet Sebut Dewan Pertimbangan Agung Bisa Dihidupkan Kembali

Nasional
KPK Periksa Dirut Nonaktif PT Taspen Antonius Kosasih

KPK Periksa Dirut Nonaktif PT Taspen Antonius Kosasih

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com