Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rencana Revisi UU KPK, Jangan Meruntuhkan Langit Negeri Ini

Kompas.com - 22/02/2016, 15:37 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Dalam berpolitik, tidak ada yang hitam banget atau putih banget. Selalu ada abu-abu. Tidak ada juga linier, selalu berliku. Tidak ada juga terkoneksi langsung, selalu ada garis yang terputus-putus.

Namun, kita dapat membaca rangkaian dari suatu fakta ke fakta lainnya. Dan, publik pun bisa mengambil kesimpulan atas hubungan antarfakta tersebut.
    
Jika suatu rencana tersistematis, terus-menerus, dan momentumnya selalu tepat atau bersamaan, rasanya sulit mencegah publik berpikir ada kaitan di antara rencana-rencana tersebut.

DPR boleh membantah, tetapi tentu tidak bisa mencegah publik berpandangan bahwa upaya pelemahan KPK tengah berlangsung.
     
Maka, tidak sulit juga melihat agenda revisi UU KPK sebagai permainan politik instan. Padahal pemberantasan korupsi adalah agenda utama reformasi sejak 18 tahun silam. Sejak bergulirnya rapat-rapat di DPR awal 2016, sikap partai politik berubah-ubah.
  
Awalnya cuma satu partai politik yang menolak revisi UU KPK. Partai Gerindra adalah satu-satunya partai yang konsisten menolak revisi sejak awal. Belakangan Partai Demokrat mengikuti, dan kemudian Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Politisi parpol-parpol lain juga mulai memperlihatkan tanda-tanda melunak, walaupun sebelumnya ngotot ingin revisi UU KPK.
   
Kali ini PDI-P -- motor koalisi pendukung pemerintah -- bersikap lain. Sekarang ngotot banget ingin merevisi UU KPK. Padahal di masa lalu saat menjadi opisisi, PDI-P selalu menolak rencana revisi UU tersebut. Sayangnya saat menjadi partai pemerintah justru menjadi penggerak revisi UU KPK.
  
Mungkinkah ini ada kaitan dengan kasus pertemuan Ketua Abraham Samad dan elite PDI-P Hasto Kristiyanto,  terutama menjelang pilpres 2014? Mungkin "iya", mungkin juga "tidak".

Saat itu KPK dinilai tidak steril dari politik. Persoalan KPK harus bersih dari ingar-bingar politik memang harus ditegakkan.

Dalam jajak pendapat Kompas, Senin (22/2), terlihat publik juga berpendapat KPK belum bebas dari kepentingan politik kelompok (63,1 persen).
  
KPK memang tidak boleh nyerempet-nyerempet politik. Karena itu, KPK harus dijaga. Para komisionernya juga menyadari betul agar tidak salah melangkah. Semua organ internalnya pun harus benar-benar mengawasi. Mereka yang memanfaatkan KPK, harus dicegah dan tentunya diberi sanksi sesuai hukum.

Namun menjaga KPK juga tanggung jawab kita semua, termasuk partai politik. Kalau parpol malah ikut mencolek KPK, misalnya mewacanakan mengusung pimpinan KPK untuk menjadi calon pimpinan nasional, itu malah mencederai KPK. Partai justru bisa dianggap biang keladinya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

“Oposisi” Masyarakat Sipil

“Oposisi” Masyarakat Sipil

Nasional
Soal Pernyataan Prabowo, Pengamat: Ada Potensi 1-2 Partai Setia pada Jalur Oposisi

Soal Pernyataan Prabowo, Pengamat: Ada Potensi 1-2 Partai Setia pada Jalur Oposisi

Nasional
Pakar Nilai Ide KPU soal Caleg Terpilih Dilantik Usai Kalah Pilkada Inkonstitusional

Pakar Nilai Ide KPU soal Caleg Terpilih Dilantik Usai Kalah Pilkada Inkonstitusional

Nasional
Pakar Pertanyakan KPU, Mengapa Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada

Pakar Pertanyakan KPU, Mengapa Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada

Nasional
Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Ogah Kerja Sama, Gerindra: Upaya Rangkul Partai Lain Terus Dilakukan

Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Ogah Kerja Sama, Gerindra: Upaya Rangkul Partai Lain Terus Dilakukan

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Nasional
Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Nasional
Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com