Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mainstreaming Hak Asasi Manusia

Kompas.com - 19/02/2016, 10:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Menurut al-Jabiri, melindungi akal (hifdz al-‘aql) mesti mendorong kreativitas, inovasi, dan kebebasan berpikir. Melindungi jiwa (hifdz al-nafs) berarti setiap orang harus diberi hak hidup. Melindungi harta (hifdz al-mal) berarti setiap orang harus mempunyai hak yang sama untuk hidup layak. Melindungi keturunan (hifdz al-nasl) berarti setiap orang berhak untuk mempunyai keturunan yang saleh dan berbudi luhur. Melindungi agama (hifdz al-din) berarti setiap orang berhak menganut agama dan keyakinan yang sudah menjadi pilihannya.

Salah satu kemusykilan yang kerap mengganggu, bahwa setiap umat agama hanya mempunyai kewajiban untuk memenuhi hak Tuhan. Menurut al-Syatibi dalam al-Muwafaqat, bahwa selain memenuhi hak Tuhan (huququllah), setiap umat harus memenuhi hak-hak hamba (huququl ‘ibad).

Di sinilah sebenarnya Islam memberikan keseimbangan antara tuntutan untuk memenuhi hak-hak Tuhan sebagai bentuk penyerahan diri setiap hamba-Nya. Tetapi juga yang tidak kalah penting, yaitu memenuhi hak-hak hamba, yang dalam bahasa modern dikenal dengan HAM.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita mudah terperangkap dalam sikap-sikap intoleran dan bernuansa kekerasan. Begitu mudah kita melakukan diskriminasi yang berbeda agama, berbeda aliran, berbeda jenis kelamin dengan kita. Lalu hilanglah rasa kemanusiaan kita dengan memberikan label kafir, sesat, dan menyimpang.

Perilaku beragama semacam ini, menurut saya, sangat mengkhawatirkan. Karena kita secara sengaja telah menghilangkan prinsip-prinsip kemanusiaan yang melekat dalam agama kita.

Dalam menyikapi kelompok minoritas, seperti Kristen, Syiah, Ahmadiyah, bahkan LGBT yang ramai diperbincangkan selama ini, sebenarnya kita sudah kehilangan rasa kemanusiaan. Kita mudah menghakimi orang lain yang berbeda dengan kita, tanpa mempertimbangkan rasa kemanusiaan terhadap mereka. Maka dari itu, mainstreaming HAM mutlak diperlukan. Untuk apa?

Tentu tujuannya untuk menjaga keindonesiaan kita. Puncaknya, seperti kata Bung Karno, bahwa agama yang kita yakini pada hakikatnya bertujuan membangun keadaban. Yaitu keadaban yang saling menghargai dan saling meng hormati antara satu agama dengan agama yang lain. Tidak memupuk egoisme, apalagi fanatisme.

Sebelum terlalu jauh menjadi bangsa yang mudah memelihara dendam dan benci, ada baiknya kita kembali ke HAM yang sudah menjadi bagian penting dalam konstitusi kita. Apalagi dalam agama kita yang juga sangat menjujung tinggi HAM.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com