Oleh sebab itu, sama seperti antisipasi ketika perayaan Natal 2015 dan malam pergantian Tahun Baru 2016 lalu, pemerintah hanya dapat memberikan warning kepada masyarakat.
"Polisi dan BIN bermain terus. Kami tahu kok mereka mau menyerang dalam waktu-waktu sekarang. Dan Februari ini kita lakukan pengejaran," ujarnya.
Aliran dana
Pasca-peristiwa serangan teroris di kawasan Sarinah, Densus 88 telah menangkap 33 terduga teroris.
Dari jumlah yang diamankan itu, 17 orang di antaranya terkait serangan Sarinah. Sementara yang lainnya tidak memilk keterkaitan secara langsung.
Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan, Badrodin mengungkapkan, setidaknya ada tiga kelompok yang berencana melangsungkan aksi teror di Tanah Air.
Salah satu kelompok tersebut menerima aliran dana miliaran rupiah dari Timur Tengah.
"Kelompok Hendro Fernando menerima Rp 1,3 miliar dari Yordania, Irak dan Turki," kata dia.
Sebagian dari dana tersebut, kata Badrodin, ada yang ditarik secara langsung, serta dialirkan ke Poso dan Filipina.
Diperkirakan, aliran dana yang dilarikan ke Filipina diperuntukkan untuk pembelian senjata api.
Selain kelompok Hendro, petugas mengamankan kelompok Helmi di Sumedang, Jawa Barat. Kelompok tersebut berencana akan melakukan aksi dengan menggunakan bom mobil ke Polda Metro Jaya.
"Ketiga, kelompok Indramayu. Mereka sasarannya petugas polisi di jalan raya," ujarnya.
Luhut menambahkan, sejumlah bom yang dibuat kelompok teror saat ini, memang kalah canggih dibandingkan bom yang dibuat di jaman Nurdin M Top atau Dr Azahari terdahulu.
Meski demikian, pemerintah menegaskan akan terus melawan kelompok radikal yang menyebarkan teror di Tanah Air.
"Kita tidak ingin Indonesia didikte siapapun," ujarnya.