Konflik ini juga dianggap sebagai salah satu faktor terdelegitimasinya kepercayaan publik terhadap Golkar.
Oleh karena itu, menurut Siti, Golkar harus memanfaatkan Munas sebagai jalan konsolidasi dan rekonsiliasi bersama.
Selain itu, momen untuk proses regenerasi kepemimpinan sehingga mengakomodir keinginan kedua belah pihak.
"Kalau dia menempatkan diri sebagai partai pembaharu, seharusnya ketum ke depan bukan berdasarkan patron, bukan tokoh sentral juga. Tetapi semata-mata sebagai manajer partai. Jika ini dilakukan, maka ini akan menjadi langkah kebangkitan Golkar," kata Siti.
Ia menambahkan, siapapun yang nantinya menjadi ketua umum Golkar, perlu mendengar suara kader muda partai.
"Tapi tentu proses rekruitmen itu tidak liar dan harus sesuai dengan AD/ART partai," ujarnya.
Anggota angkatan muda Partai Golkar, Ahmad Dolly Kurnia mengatakan, penyelesaian konflik Golkar melalui Munas merupakan momentum untuk menumbuhkan harapan baru kepada masyarakat.
Harapan baru itu tergantung apakah Golkar bisa menumbuhkan legitimasi baru dari publik.
"Untuk memperoleh legitimasi baru, tentu Munas kali ini menjadi tolok ukur yang akan menjadi penilaian," kata Dolly.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.