Pada Pemilu 1999, di mana kebencian kepada Golkar sedang memuncak karena dianggap ikut bertanggung jawab atas kehancuran ekonomi negara saat itu, Golkar masih bisa meraih suara yang cukup tinggi. Meski memiliki selisih suara yang relatif besar dengan PDI-P, posisi Golkar tetap di urutan kedua.
Bahkan, pada Pemilu 2004 Golkar mampu menyalip PDI-P dan menjadi pemenang. Prestasi ini tetap dijaga oleh Golkar pada masa kepemimpinan Jusuf Kalla dan Aburizal Bakrie.
Kini, dualisme kepemimpinan Golkar hendak diurai kembali melalui mekanisme munas luar biasa yang rencananya akan digelar pada Mei mendatang.
Kepiawaian Golkar dalam mengelola konflik di dalam tubuhnya sendiri akan diuji dalam munaslub yang akan menjadi ajang rekonsiliasi bagi semua pengurus Golkar.
Siapa pun ketua umum yang akan terpilih nanti harus bisa merangkul semua komponen yang ada dalam Golkar sehingga kekecewaan bisa diredam dan potensi munculnya dualisme kepemimpinan bisa dicegah. (Litbang Kompas)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.