Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bahrun Naim, dari Terpidana hingga Ambisi Memimpin NIIS Asia Tenggara

Kompas.com - 16/01/2016, 06:00 WIB

Propaganda

Untuk menyebarkan propaganda, meski belum dapat dikonfirmasi, terdapat sebuah situs web yang diduga dikelola oleh Naim. Di dalam laman tersebut, Naim memperkenalkan diri sebagai analis, strategi, dan kontra intelijen. Situs tersebut mulai menerbitkan berbagai propaganda teror pada Agustus 2013.

Berbagai tulisan yang diunggah di situs tersebut memberikan "ilmu" untuk membuat bahan peledak secara otodidak. Misalnya, remote bom dengan media bel pintu, granat dan bom lempar rakitan, serta detonator jenis TATP. Tidak hanya bahan peledak, sejumlah tulisan di situs tersebut juga memberi pelatihan untuk membuat senjata rakitan.

Selain itu, Naim memberikan kursus singkat untuk menjadi penembak jitu (sniper). Tak hanya itu, ia juga menggagas konsep perang gerilya di hutan menjadi perang kota dengan sasaran utama aparat keamanan dan warga negara asing.

Naim juga memuji serangan bom di Paris, Perancis, November 2015. Ia menyebutkan, delapan pemuda yang melakukan serangan merupakan pemuda terbaik, bahkan tidak segan pula ia menyatakan, serangan bom Paris memberi inspirasi untuk melakukan hal serupa di tempat lain.

Konser bom

Terkait riwayat jaringan terorisme, Naim sempat tercatat bergabung dengan Jamaah Anshorut Tauhid pada medio 2008. Namun, dalam merencanakan aksi pada akhir tahun 2015 hingga sejumlah aksi bom di Jakarta, Kamis kemarin, Naim memanfaatkan keberadaan sel-sel jaringan terorisme terpisah yang telah mendukung NIIS.

Layaknya serangan bom Paris yang dianggap inspiratif, Naim memang merencanakan konser bom. Adapun konser bom ialah aksi teror yang dilakukan dengan menggunakan bom berdaya ledak rendah hingga sedang di sejumlah lokasi dalam waktu yang nyaris bersamaan. Selain itu, pelaku terorisme juga melakukan penembakan yang mengincar aparat keamanan dan masyarakat.

Kemudian, apa target Naim melakukan aksi tersebut? Tito mengungkapkan, teror itu dilakukan sebagai upaya Naim untuk mendeklarasikan dirinya sebagai pemimpin NIIS di wilayah Asia Tenggara, serta ambisinya membentuk Katibah Nusantara.

Tito dan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan memastikan, aparat keamanan, terutama Satgasus Antiteror Polri, telah mengetahui pergerakan lain jaringan teroris yang terkait dengan Naim. "Pengejaran terus dilakukan di beberapa lokasi," kata Luhut.

Dari kasus terpidana kepemilikan senjata api seorang diri yang kemudian telah bebas dari penjara, Naim telah bermetamorfosa menjadi pemimpin jaringan NIIS di Indonesia. Benarkah demikian? Kita tunggu kerja aparat kepolisian untuk mengungkap seberapa dalam jaringan Naim ini bekerja.

Artikel ini sudah tayang di Kompas Digital edisi Jumat (15/1/2016) dengan judul "Bahrun Naim, Dari Terpidana hingga Ambisi Memimpin NIIS Asia Tenggara".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com