Sejumlah insinyur yang pernah bekerja mengembangkan sejumlah pesawat di PT DI itu bahkan banyak yang kini bekerja di Kanada.
Belasan alumnus PT DI itu kini tercatat sebagai insinyur di perusahaan pembuat pesawat/helikopter yang bermarkas di Montreal, seperti Bombardier Aerospace dan Bell Helicopter.
Kompas.com berkesempatan bertemu diaspora insinyur dirgantara Indonesia di Kanada itu, dalam sebuah pertemuan di rumah Atase Perhubungan RI di Kanada, Agoes Soebagio, pada akhir November silam.
Dalam pertemuan itu, hadir juga Utusan Khusus Indonesia untuk ICAO, Indroyono Soesilo. Indroyono menilai para insinyur lulusan PT DI ini punya kompetensi yang terbilang luar biasa.
"Mereka ini spesialis loh. Kalau di bidang khusus seperti dirgantara, harus punya kemampuan luar biasa untuk menjadi seorang spesialis," ujar Indroyono.
Dalam perkenalan, lalu terungkaplah spesialisasi tiap orang. Misalnya saja, Sigit Afrianto, alumnus PT DI yang terlibat di CN235 MPA, N250, N2130 hingga N219. Sigit memiliki spesialisasi dalam hal pneumatics dan air conditioning system.
Ada juga Albertus M Tjandra, Senior Technical Specialist di Bell Helicopter Textron. Tjandra merupakan spesialis dalam hal commerical power plant dan fluid system design.
"Masih ada juga Andreas Hartono yang tidak hadir. Dia flight test pilot di Bombardier," kata Agoes Soebagio.
Dikutip dari situs resmi Bombardier, Andreas Hartono tercatat sebagai salah satu pilot yang menguji coba pesawat C Series, yang menjadi andalan Bombardier.