Pesawat itu jatuh di perairan dekat Pangkalan Bun, Kalimantan Selatan, pada 28 Desember 2014.
Ketua Sub Komite Kecelakaan Pesawat Udara KNKT Kapten Nurcahyo Utomo mengatakan, pembicaraan membingungkan tersebut terjadi hanya beberapa saat sebelum pesawat mengalami upset condition dan stall, atau kehilangan daya terbang.
Menurut Nurcahyo, saat itu posisi pesawat sedang dalam keadaan menanjak dari 32.000 kaki ke 38.000 kaki, dengan kemudi manual. Saat itu, posisi hidung pesawat berada di atas dan ekor mengarah ke bawah.
"Saat pesawat mulai naik, ada perintah kapten yang menyebut, 'pull down... pull down...," ujar Nurcahyo saat menirukan ucapan pilot pesawat dalam konferensi pers di Gedung KNKT, Jakarta Pusat, Selasa (1/12/2015).
Menurut Nurcahyo, perintah tersebut bukan perintah yang biasa diucapkan pilot. Perintah pull down disebut membingungkan karena pull berarti menarik hidung pesawat ke atas, sementara down berarti menurunkan hidung pesawat ke bawah. (Baca: AirAsia QZ8501 Alami 4 Kali Gangguan Sebelum Kecelakaan)
"Ini ada komunikasi yang tidak efektif. Kemungkinan, perintah ini untuk mengembalikan pesawat agar seimbang," kata Nurcahyo.
Melalui flight data recorder (FDR), perintah tersebut diketahui ditanggapi secara berbeda. Kopilot menarik tuas ke atas, sementara pilot menarik tuas ke bawah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.