Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dana Kampanye di 11 Daerah Mencurigakan

Kompas.com - 30/11/2015, 15:42 WIB
Indra Akuntono

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kelompok Kerja Nasional Pengawasan Partisipatif Dan Kampanye (Pokjanas PPDK) menilai banyak kejangalan terkait dana kampanye pemilihan kepala daerah di 11 kabupaten/kota.

Temuan itu merujuk pada laporan awal dan sementara dana kampanye sampai 30 November 2015.

Koordinator Pokjanas PPDK Yusfitriadi mengungkapkan, kejanggalan-kejanggalan itu adalah kecilnya dana kampanye yang tercantum dalam laporan awal dana kampanye (LADK) atau laporan penerimaan sementara dana kampanye (LPSDK).

Banyak pasangan calon kepala daerah yang melaporkan dana awal kampanye dalam jumlah relatif kecil.

"Ada yang melaporkan dana awal kampanyenya hanya Rp 5 juta. Ini aneh, menimbulkan kejanggalan dan dugaan kecurangan," kata Yusfitriadi, di Gedung Bawaslu RI, Jakarta Pusat, Senin (30/11/2015).

Pada kesempatan yang sama, anggota Pokjanas PPDK Toto Sugiarto mengungkapkan, kejanggalan lain terkait dana kampanye adalah terdapat sumbangan individu yang besarannya sama dengan nama berbeda.

Toto menyampaikan, temuan di Kabupaten Jembrana, terdapat 12 nama yang menyumbang dengan nominal sama, yaitu Rp 12,6 juta.

Selain itu, kejadian serupa terjadi di Surakarta dimana terdapat 22 nama yang memberikan sumbangan dengan nominal yang sama, yaitu Rp 12 juta.

"Aneh, karena angkanya tidak bulat. Memunculkan kecurigaan sumbangan besar diakali dengan cara memecah-mecah menjadi beberapa (nama) penyumbang," ujar Toto.

Temuan lainnya, kata Toto, yakni terdapat sumbangan dari individu yang besarannya melampaui batasan sumbangan perseorangan, yakni Rp 50 juta. Hal ini terjadi di Bukit Tinggi di mana salah satu pasangan calon menerima sumbangan perseorangan sebesar Rp 140 juta.

Penerimaan dari partai pengusung, kata Toto, juga sangat kecil dibanding penerimaan dari pasangan calon.

Fakta ini dianggap mengkhawatirkan karena banyak pasangan calon yang menerima sumbangan dari individu dan potensial menjadi beban politik jika terpilih sebagai kepala daerah.

"Terdapat banyak sekali penyumbang yang tidak mencantumkan data identitas yang lengkap," ujar Toto.

Adapun, 11 kabupaten/kota yang dianggap memiliki banyak kejanggalan terkait dana kampanye itu adalah, Binjai, Bontang, Bukit Tinggi, Jembrana, Kotawaringin Timur, Manado, Samarinda, Surakarta, Ternate, Tasikmalaya, dan Surabaya.

Kesebelas daerah ini adalah kabupaten/kota yang diduga memiliki banyak masalah terkait dana kampanye dan berpotensi menjadi masalaha di kemudian hari.

Atas temuan ini, Pokjanas PPDK meminta seluruh pasangan calon kepala daerah dan tim suksesnya untuk secara jujur dan sungguh-sungguh melaporkan biaya kampanye ke dalam LPPDK pada 6 Desember 2015 mendatang.

Pilkada akan digelar serentak pada 9 Desember 2015.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 1 Juli 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 1 Juli 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Antisipasi Serangan Siber, Imigrasi Siapkan Sistem 'Back Up' Data Cepat

Antisipasi Serangan Siber, Imigrasi Siapkan Sistem "Back Up" Data Cepat

Nasional
Puncak Hari Bhayangkara Digelar 1 Juli 2024 di Monas, Jokowi dan Prabowo Diundang

Puncak Hari Bhayangkara Digelar 1 Juli 2024 di Monas, Jokowi dan Prabowo Diundang

Nasional
4 Bandar Judi 'Online' Terdeteksi, Kapolri: Saya Sudah Perintahkan Usut Tuntas

4 Bandar Judi "Online" Terdeteksi, Kapolri: Saya Sudah Perintahkan Usut Tuntas

Nasional
Usai Bertemu Jokowi, MenPAN-RB Sebut Jumlah Kementerian Disesuaikan Kebutuhan Prabowo

Usai Bertemu Jokowi, MenPAN-RB Sebut Jumlah Kementerian Disesuaikan Kebutuhan Prabowo

Nasional
Imigrasi Ancam Deportasi 103 WNA yang Ditangkap karena Kejahatan Siber di Bali

Imigrasi Ancam Deportasi 103 WNA yang Ditangkap karena Kejahatan Siber di Bali

Nasional
Imigrasi Akui Sudah Surati Kominfo untuk 'Back Up' Data Sejak April, tapi Tak Direspons

Imigrasi Akui Sudah Surati Kominfo untuk "Back Up" Data Sejak April, tapi Tak Direspons

Nasional
Disebut Tamak, SYL Klaim Selalu Minta Anak Buah Ikuti Aturan

Disebut Tamak, SYL Klaim Selalu Minta Anak Buah Ikuti Aturan

Nasional
Bantah Hasto Menghilang Usai Diperiksa KPK, Adian Pastikan Masih Berada di Jakarta

Bantah Hasto Menghilang Usai Diperiksa KPK, Adian Pastikan Masih Berada di Jakarta

Nasional
Dirjen Imigrasi Enggan Salahkan Siapapun Soal Peretasan: Sesama Bus Kota Enggak Boleh Saling Menyalip

Dirjen Imigrasi Enggan Salahkan Siapapun Soal Peretasan: Sesama Bus Kota Enggak Boleh Saling Menyalip

Nasional
Adian Sebut PDI-P Siap jika Jokowi 'Cawe-cawe' di Pilkada 2024

Adian Sebut PDI-P Siap jika Jokowi "Cawe-cawe" di Pilkada 2024

Nasional
KPK Sebut Keluarga SYL Kembalikan Uang Rp 600 Juta

KPK Sebut Keluarga SYL Kembalikan Uang Rp 600 Juta

Nasional
Dituntut 12 Tahun Bui, SYL Sebut KPK Tak Pertimbangkan Kontribusinya di Masa Krisis

Dituntut 12 Tahun Bui, SYL Sebut KPK Tak Pertimbangkan Kontribusinya di Masa Krisis

Nasional
Pastikan Upacara HUT RI Ke-79 di IKN Aman, BNPT Gelar Asesmen di Beberapa Titik Vital

Pastikan Upacara HUT RI Ke-79 di IKN Aman, BNPT Gelar Asesmen di Beberapa Titik Vital

Nasional
KPK Cecar Said Amin soal Sumber Uang Pembelian 72 Mobil dan 32 Motor Eks Bupati Kukar

KPK Cecar Said Amin soal Sumber Uang Pembelian 72 Mobil dan 32 Motor Eks Bupati Kukar

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com