JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI), Dave Laksono mengatakan, musyawarah nasional diharapkan dapat menjadi kunci penyelesaian konflik di internal Partai Golkar.
Dua ketua Umum Partai Golkar yang sebelumnya berkonflik, Agung Laksono dan Aburizal Bakrie, diharapkan dapat duduk bersama merumuskan pelaksanaan munas tersebut.
"Ini (konflik) sudah mendalam dan menyedihkan. Partai lain sudah bikin sekolah partai, jaring kader, tapi Golkar masih di sini saja," kata Dave Laksono di Kantor DPP Partai Golkar, Minggu (8/11/2015).
Menurut Dave, munas jauh lebih efektif daripada dua belah pihak sibuk saling klaim kepengurusan mereka paling sah.
Dalam munas tersebut, ia menambahkan, Agung dan Aburizal dapat mencalonkan kembali. Bahkan, jika perlu, tokoh senior Partai Golkar lainnya, seperti Jusuf Kalla maupun Akbar Tanjung, juga dapat mencalonkan diri.
Ketua DPP Partai Golkar hasil Munas Jakarta, Ace Hasan Syazdily mengatakan, pembicaraan terkait munas tak bisa ditunda-tunda. Sebab, jika kedua kubu saling menunggu proses hukum yang berjalan, maka rekonsiliasi akan berjalan lambat.
Untuk itu, ia meminta, agar kedua belah pihak dapat meredam ego masing-masing.
"Yang bisa mengembalikan mekanisme partai ini tentu hanya dengan munas. Jangan hanya mementingkan kepentingan elit," kata Ace.
Selain itu, ia menambahkan, penyelenggaraan munas memiliki dua dasar hukum, yaitu putusan Mahkamah Partai Golkar (MPG) dan putusan Munas Riau 2009 lalu.
Dalam putusan MPG diharapkan penyelenggaraan munas dapat dilangsungkan sebelum Oktober 2016. Sementara, amanah Munas Riau menyatakan munas harus diselenggarakan pada tahun ini.
Ketua Tim Penyelamat Partai Golkar Yorrys Raweyai mengatakan, penyelesaian konflik internal Golkar tak cukup hanya melalui rekonsiliasi atau islah, melainkan munas.
Namun, untuk melaksanakannya tidak lah mudah. Sebab, penyelenggaraan munas itu membutuhkan proses yang panjang.
"Bicara masalah izin, masalah daftar ke siapa, jadi bukan asal ngomong. Sekarang bagaimana kita tinggal duduk bersama," ucapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.