Seluruh istilah itu merujuk pada kecenderungan seseorang untuk mencari informasi yang sesuai dengan pandangan mereka. Media sosial menyediakan kemungkinan itu dengan adanya fitur-fitur untuk mengikuti orang-orang yang disukai lalu mendepak yang berbeda pandangan. Lama-kelamaan, seseorang semakin terisolasi dalam "ghetto" masing-masing di dunia maya sehingga memunculkan pandangan yang semakin ekstrem.
Apakah hal ini juga terjadi di Indonesia? Triyono Lukmantoro khawatir pola hubungan netizen di dunia maya setahun terakhir mulai terpolarisasi. Menurut dia, netizen bisa dibagi dalam dua kategori besar antara pendukung yang membela habis-habisan dan netizen yang kontra lantas menjelek-jelekkan pemerintahan Jokowi-Kalla.
Analisis awal terhadap 1.352 tweets dengan tagar #JokowiGagalTotal dan 5.079 tweets bertagar #MaafkanHaters menggunakan Netlytic alat analisis media sosial cenderung mengonfirmasi kekhawatiran Triyono. Ada tendensi pola interaksi berpusat pada beberapa netizen tertentu.
Selain itu, dari penelusuran acak terhadap kicauan antar-netizen tampak kecenderungan akun yang kerap berkomentar positif terhadap pemerintah terhubung dengan akun-akun berkarakter serupa. Sementara akun yang kontra pemerintah lebih banyak terhubung dengan akun yang juga sering menyuarakan pendapat senada.
Kendati ada dua kutub besar yang pro dan kontra, dalam beberapa kasus juga terlihat interaksi antar-netizen dari dua kutub berbeda. Sayangnya, interaksi itu sebagian bernada negatif dan saling serang. Argumentasi itu masih bersifat anekdotal. Tentu diperlukan penelitian lebih jauh sebelum membuat kesimpulan soal pola hubungan netizen di dunia maya. Hanya saja, argumentasi itu bisa dijadikan bel peringatan bagi netizen dan pegiat demokrasi digital di Indonesia.
Pasalnya, seperti disampaikan Jae Kook Lee dan kawan-kawannya, polarisasi yang kian ekstrem bisa menjadi ancaman serius bagi demokrasi. Ini karena netizen yang semakin terfragmentasi dalam "ghetto-ghetto" politik di dunia maya jadi kehilangan "pijakan" yang sama di ruang publik. Mereka juga cenderung jadi semakin tak toleran terhadap perbedaan pandangan.