Saat ini, sekitar 60 persen responden mengamati bahwa alutsista TNI kurang memadai untuk melindungi RI, baik darat, laut, maupun udara. Selain itu, lebih dari separuh responden menyayangkan lambatnya pengembangan teknologi militer dalam negeri jika dibandingkan dengan negara lain, mengingat banyak alutsista yang tua dan sudah waktunya dipensiunkan.
Untuk melindungi laut seluas 93.000 kilometer persegi, atau 7,9 juta kilometer persegi jika termasuk Zona Ekonomi Eksklusif, TNI AL dinilai belum memiliki alutsista yang memadai untuk berjaya di laut. Sebagai gambaran, kekuatan 11 KRI tempur utama tertinggal jauh dibandingkan dengan Jepang yang memiliki 47 kapal tempur berteknologi canggih untuk melindungi laut seluas hanya 13.430 kilometer persegi. Bahkan, panjang garis pantai Indonesia yang mencapai 54.716 kilometer pun hanya dilindungi 72 kapal patroli laut dan pantai (The Military Balance, 2014). Jumlah itu tidak jauh dari 62 kapal patroli Filipina yang panjang garis pantainya hanya sepertiga Indonesia.
Dari sisi pertahanan darat, alutsista TNI AD cukup unggul dibandingkan dengan negara ASEAN lain. Namun, publik menilai kekuatan alutsista itu belum memadai untuk melindungi wilayah darat seluas 1,8 juta kilometer persegi dan perbatasan sepanjang 2.958 kilometer.
Demikian pula kekuatan pertahanan udara seluas 1,9 juta kilometer persegi di atas Tanah Air. Pesawat tempur aktif milik TNI AU berjumlah 78 (The Military Balance 2014), tertinggal jauh daripada Singapura yang memiliki 132 pesawat tempur meski wilayahnya kira-kira seluas DKI Jakarta.
Peningkatan kekuatan alutsista tidak akan terwujud tanpa sumber daya manusia yang ahli dalam mengembangkan, merawat, dan mengoperasikan persenjataan. Pada Januari 2015, jumlah personel TNI kira-kira 400.000 prajurit (The World Defence Almanac, 2015).
Jumlah tersebut memang melebihi jumlah personel militer negara-negara ASEAN lain. Namun, rasio prajurit TNI dan penduduk RI adalah 1:600 orang. Malaysia saja yang memiliki 100.000 tentara, rasio tentara dengan penduduknya adalah 1:300 orang.
Bagaimanapun, apresiasi terhadap kemampuan dan citra publik yang meningkat mewarnai HUT ke-70 TNI. Kiranya hal-hal itu tak membuat institusi penjaga kedaulatan bangsa ini menjadi lengah dan terjatuh. (Litbang kompas)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 5 Oktober 2015, di halaman 5 dengan judul "Puncak Apresiasi Publik kepada TNI".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.