Pertemuan Presiden Jokowi yang berlangsung di Istana Raja Faisal digelar maraton, hampir tanpa jeda. "Memang padat sekali jadwal Presiden pada Sabtu itu. Menyiapkan materinya saja sampai 'jontor', sebagian menteri juga lelah. Saya salut kepada Presiden yang masih segar dari pagi sampai menjelang tengah malam," kata Sekretaris Kabinet Pramono Anung saat meninggalkan Arab Saudi menuju Persatuan Emirat Arab.
Yang jelas, selama di Jeddah, Kerajaan Arab Saudi tidak hanya mengizinkan Presiden Jokowi menggunakan Istana Raja Faisal, tetapi juga mengerahkan menteri-menteri penting mereka menghadap Presiden Jokowi.
Dari pertemuan Presiden Jokowi dengan menteri-menteri dan utusan khusus Raja Salman, tercapai sejumlah kesepakatan bisnis, pelayanan haji, proses hukum tenaga kerja Indonesia, dan kerja sama di bidang pertahanan.
Di Jeddah, Presiden bertemu dengan Presiden Bank Pembangunan Islam (IDB) Ahmad Mohamed Ali al Madani, Sekretaris Jenderal Organisasi Konferensi Islam Iyad Amin Madani, dan Sekretaris Jenderal Gulf Co-operation Council atau Dewan Kerja Sama Negara-negara Teluk Abdul Latif al Jayani. Kebetulan lembaga-lembaga tersebut bermarkas di Arab Saudi.
Seperti pepatah, sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Presiden Jokowi juga melakukan hal itu saat kunjungan ke Arab Saudi. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengaku bahwa hasil kunjungan ke Arab Saudi tersebut melampaui harapan awal. Semula Retno menargetkan kesepakatan bilateral antarkedua negara di beberapa bidang. Ternyata, dalam kunjungan tersebut, hal-hal nonbilateral ikut tercapai. (Andy Riza Hidayat dari Jeddah, Arab Saudi)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 14 September 2015, di halaman 5 dengan judul "Ketika Jokowi di Istana Raja Faisal...".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.