Teten menyanggupi dan akan memanfaatkannya. Namun, Teten juga tahu ada perbedaan latar belakang dengan Luhut. "Beliau jenderal panglima, tetapi saya juga punya julukan, 'panglima' domba," tuturnya disambut tawa.
Pernyataan Teten bukan bercanda. Pria lulusan Jurusan Ilmu Kimia Fakultas Matematika IPA, Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung, itu memang dekat dengan dunia domba. Bertahun-tahun dia memelihara domba, yang pemeliharaannya diserahkan kepada peternak. "Dulu pernah punya 500 domba, sekarang berkurang. Tetapi masih pelihara," kata Teten.
Soal domba, cerita Teten bisa dirujuk ke Teten Masduki; Panglima Domba Melawan Korupsi. Buku karya Ahmad Arif dan Ilham Khoiri, wartawan Kompas, ini menyebutkan, Teten memelihara 150 indukan domba yang dititip kepada 50 kelompok tani di Cibinong, Ciawi, dan Cianjur dengan sistem pembagian 40 persen kepada pemilik domba, 10 persen kelompok, 50 persen petani penggaduh. Dombanya juga dipakai untuk menggalang dana pembangunan gedung Komisi Pemberantasan Korupsi. Lantaran akrab dengan dunia domba, rekan-rekannya menjuluki "panglima legiun" domba.
Kini, Teten memimpin orang-orang yang disebut Luhut sebagai prajurit pilihan. Selamat bertugas Kang Teten. (NDY)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 6 September 2015, di halaman 2 dengan judul "'Panglima' Domba di Kantor Presiden".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.