Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: Jangan Pilih Capim KPK Hanya untuk Perwakilan Instansi

Kompas.com - 20/08/2015, 18:18 WIB
Dani Prabowo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pakar hukum tata negara Saldi Isra mengingatkan Panitia Seleksi Calon Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi agar jangan meloloskan calon Pimpinan KPK berdasarkan asal instansi mereka. Apalagi, jika alasan meloloskan hanya untuk memenuhi representasi keterwakilan instansi.

"Pemilihan tidak harus mewakili institusi, tetapi memilih orang-orang yang baik," kata Saldi saat diskusi  'Menyandera (Seleksi) Pimpinan KPK', di Jakarta, Kamis (20/8/2015).

Saldi menyarankan, para calon yang berasal dari instansi tertentu sebaiknya mengundurkan diri terlebih dahulu sebelum terpilih sebagai calon yang akan diajukan kepada Presiden Joko Widodo. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir terjadinya konflik kepentingan pada diri calon tersebut.

"Kalau bisa mereka harus mundur dulu," ujarnya.

Ia menambahkan, saat ini sudah tidak relevan bagi Pansel untuk memilih calon pimpinan berdasarkan keterwakilan instansi. Saldi mencontohkan, ketika Antasari Azhar mundur dari posisi Ketua KPK, ia tak digantikan oleh orang lain yang berasal dari Kejaksaan Agung.

"Antasari justru diganti oleh Busyro Muqoddas," kata dia.

Sementara itu, Manager Anticorruption Information Center Transparency International Indonesia (TII), Ilham B Saenong mengatakan, masyarakat justru akan bertanya kepada Pansel jika mereka meloloskan calon Pimpinan KPK hanya berdasarkan keterwakilan instansi.

Ilham mengatakan, lahirnya KPK merupakan dorongan dari masyarakat yang kurang puas atas kinerja kepolisian dan kejaksaan dalam pemberantasan korupsi. Sehingga, jika ada capim KPK yang berasal dari kedua instansi itu, sebaiknya mereka memperbaiki institusi asal mereka daripada bergabung ke KPK.

"Upaya yang dilakukan KPK selama ini seharusnya menjadi trigger mechanism untuk membersihkan lembaga mereka. Kasus simulator SIM misalnya, KPK telah mencontohkan upaya pembersihan lembaga," kata Ilham.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Nasional
Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com