Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Perppu untuk Atasi Calon Tunggal, KPU Serahkan ke Pemerintah dan DPR

Kompas.com - 03/08/2015, 11:32 WIB
Abba Gabrillin

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Komisioner Komisi Pemilihan Umum Ida Budhiati mengatakan bahwa KPU tidak dalam posisi setuju atau tidak terhadap rencana penerbitan peraturan pemerintah pengganti undang-undang (perppu) untuk mengatasi pasangan tunggal bakal calon kepala daerah. Meski demikian, ia memberi beberapa catatan bagi pemerintah sebelum menerbitkan perppu.

"KPU bukan dalam posisi setuju atau tidak. Dalam berbagai forum kami sudah sampaikan pandangan kami, bahwa sepenuhnya kami serahkan ke pengambil kebijakan, pemerintah dan DPR. Tetapi, kalau tidak ada pilihan lain, ya kita ikuti aturan yang ada," ujar Ida saat ditemui di Gedung KPU, Jakarta Pusat, Senin (3/8/2015).

Ida mengatakan, jika pemerintah benar-benar sepakat untuk membuat perppu, sebaiknya hal tersebut dilakukan dengan segera dalam waktu cepat. Hal itu agar KPU dapat segera melakukan tindak lanjut dan tahapan pilkada tidak menjadi terganggu. (baca: DPR Akan Bahas Bersama Presiden soal Polemik Calon Tunggal Pilkada)

Selain itu, yang juga perlu diperhatikan pemerintah sebelum membuat perppu adalah dampaknya bagi peserta pilkada. Pemerintah perlu memastikan, apakah membongkar aturan dapat memberikan solusi dan menciptakan suasana tetap kondusif atau justru reaksi berlawanan bagi mereka yang sudah menggunakan haknya pada pendaftaran tahap pertama.

"Dari perspektif peserta, mereka juga butuh kepastian hukum soal calon tunggal," kata Ida.

Ida mengatakan, KPU sebagai penyelenggara pilkada memiliki kewajiban untuk berpedoman dan tunduk pada undang-undang, atau putusan peradilan yang mengoreksi aturan KPU. Termasuk saat perppu diterbitkan, maka KPU berkewajiban untuk mengikuti aturan baru yang dibuat.

Usulan terkait pembuatan perppu sebelumnya disampaikan oleh Menteri Hukum dan HAM Yasonna H Laoly.

Selain itu, Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) juga mengusulkan agar Presiden Joko Widodo mengeluarkan perppu bagi daerah yang terancam mengalami penundaan pilkada, karena memiliki tidak lebih dari satu pasangan calon.

Dengan perppu tersebut, diharapkan daerah dengan satu pasangan calon dapat tetap dapat melaksanakan pilkada.

Presiden telah menyatakan belum berniat menerbitkan perppu soal masalah tersebut. Jokowi yakin pada perpanjangan waktu pendafataran yang dibuka KPU, akan ada tambahan calon yang mendaftar. (baca: Yakin Tak Ada Calon Tunggal, Jokowi Belum Akan Terbitkan Perppu)

"Belum sampai ke sanalah," kata Jokowi di Istana Kepresidenan, Jumat (31/7/2015).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com