Reputasi Jokowi sangat rentan dipengaruhi kebijakan yang dia ambil. Peristiwa sebesar apa pun tak akan mampu berkontribusi pada sentimen positif Jokowi jika kebijakan itu tak langsung bersesuaian dengan aspirasi publik.
Misalnya, ketika Jokowi mengadakan Konferensi Asia Afrika (KAA) yang membanggakan Indonesia, hal itu tetap tak bisa menjadi momentum untuk menggenjot popularitas Jokowi. Cara kerja Jokowi makin membosankan, minim terobosan.
Bahkan, dalam konteks KAA, analis media sosial dari Awesometrics, Fitria Risdayani, memaparkan, momentum berharga itu "dicuri" Wali Kota Bandung Ridwan Kamil yang mampu mendulang reputasi bagus di mata netizen. Hal itu seperti diberitakan Kompas (18/4/2015) dengan tulisan, "Persiapan 60 Tahun KAA, Siapa Bintangnya Menurut Netizen?".
Namun, pada akhirnya, Jokowi kembali menemukan momentum untuk memperbaiki reputasinya. Kali ini, sembilan srikandi yang diangkat menjadi anggota Panitia Seleksi (Pansel) Calon Pimpinan KPK yang menjadi penyelamat Jokowi.
Publik merespons langkah Jokowi dengan antusias. Ada yang pro, ada pula yang kontra. Namun, kali ini tanggapan netizen lebih dominan positif. Pola ini cukup langka untuk pergerakan reputasi Jokowi akhir-akhir ini.
Lembaga pemantau percakapan di media sosial, PoliticaWave, mencatat adanya lonjakan percakapan terkait Jokowi hanya dalam kurun waktu 24 jam, mencapai 24.574 percakapan berasal dari 5.553 akun. Jangkauan percakapan mencapai 66.551.013 dan jumlah pemberitaan di kanal pemberitaan daring sebanyak 499 berita. Jumlah itu terus bertambah mengingat pemberitaan soal pansel pimpinan KPK masih terus mengalir.
Direktur PoliticaWave Yose Rizal mengatakan, pihaknya melakukan pemantauan sejak 21 Mei atau berbarengan dengan timbulnya isu tersebut. "Reaksi publik menunjukkan sentimen positif yang sangat besar. Sentimen positif mendominasi 93 persen percakapan dengan lebih dari 22.000 percakapan bertendensi positif," kata Yose.