"Jokowi ini perlu jubir. Sekarang kan kalau tidak bisa jawab pertanyaan, cuma ketawa-tawa saja, 'hehehe'," ujar Agus, dalam diskusi di Jakarta, Minggu (10/5/2015).
Agus mengatakan, tidak setiap saat Jokowi berkesempatan untuk berbicara di depan publik. Sementara, rakyat ingin mendengar perkembangan kebijakan pemerintah secara rutin setiap hari.
"Kalau mau ngomong langsung tidak apa-apa. Tapi perlu ada bumper-nya lah. Sehingga kalau ada salah-salah yang dihajar publik jubirnya, bukan langsung Jokowi," kata Agus.
Berdasarkan survei Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (Kedai Kopi), sebanyak 52,7 persen responden menilai komunikasi Jokowi dengan masyarakat buruk. Sedangkan 39,3 persen responden menyatakan komunikasi Jokowi dengan masyarakat sudah bagus dan sisanya menjawab tidak tahu atau tidak menjawab.
"Dari segi pola komunikasi dan koordinasi presiden dengan berbagai lembaga dinilai sudah baik, tapi publik masih melihatnkomunikasi dengan masyarakat masih buruk," kata pengamat politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio.
Menurut Hendri, hal tersebut bertolak belakang dengan prinsip Jokowi yang sejak awal mencitrakan diri sebagai pempimpin yang dekat dengan rakyat.
"Tapi enam bulan menjabat malah dibilang harus memperbaiki komunikasi dengan rakyat. Ini miris," kata Hendri.
Survei "Pesan Rakyat untuk Jokowi-JK" dilakukan pada 24 hingga 30 April 2015 terhadap 450 responden di Jabodetabek. Survei ini menggunakan margin of error 4,62 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Pemilihan sampel dilakukan secara acak dengan metode multistage random sampling.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.