Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menko Polhukam: Latihan TNI di Poso Sekaligus untuk Menangkap Santoso

Kompas.com - 02/04/2015, 11:51 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Tedjo Edhy Purdijatno menegaskan bahwa latihan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) TNI di Poso, Sulawesi Tengah, sekaligus bertujuan menangkap teroris Santoso. Ia menyebut Santoso sebagai teroris yang paling dicari di Indonesia.

"Utamanya memang latihan PPRC TNI. Tapi, bila di wilayah tersebut ada kelompok radikal, maka dilakukan penangkapan," ujar Tedjo melalui pesan singkat kepada Kompas.com, Kamis (2/4/2015).

Tedjo juga berpesan kepada kelompok radikal, terutama kelompok Santoso, untuk segera menyerahkan diri ke aparat keamanan. Jika tidak, aparat keamanan akan melakukan penindakan hukum secara tegas. "Maka itu, menyerahlah," ujar Tedjo.

Kendati demikian, Tedjo menegaskan kembali bahwa latihan sekaligus operasi PPRC TNI di Poso tersebut telah dikoordinasikan dengan kepolisian selaku leading sector penindakan hukum bagi pelaku teror. Ia menjamin tidak ada kesalahan persepsi antara kedua institusi itu. "Utamanya tetap Polri, dibantu oleh TNI," ujar Tedjo.

700 personel TNI cari Santoso

Sebanyak 3.222 personel TNI dari tiga matra diberangkatkan ke Poso, Sulawesi Tengah, sejak awal Maret lalu. Pemberangkatan itu bertujuan untuk latihan PPRC TNI. Namun, Panglima TNI Jenderal Moeldoko saat meninjau latihan PPRC TNI, Selasa (31/3/2015), mengatakan telah menugaskan 700 personel yang tengah berlatih itu untuk melanjutkan pengejaran terhadap pelaku teroris kelompok Santoso.

"Saya sudah lapor kepada Presiden kalau diperlukan, ada pasukan yang ditinggal di sini untuk melanjutkan kegiatan operasi pengamanan bersama-sama dengan Polri, dan Presiden menyetujui itu," kata Moeldoko.

Sementara itu, polisi yang merupakan pemimpin penegakan hukum mengaku kesulitan dalam mencari kelompok Santoso. Polri telah menggelar Operasi Camar sepanjang bulan Februari dan Maret 2015 dan berhasil menangkap 15 orang terduga teroris anak buah kelompok Santoso, Namun, Polri belum berhasil menangkap Santoso.

Kepala Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Anton Charliyan mengaku bahwa memang tidak mudah menangkap Santoso. "Tidak mudah menangkap Santoso, itu bukan perkara gampang," ujar Anton di Kompleks Mabes Polri, Rabu (1/4/2015) kemarin.

Berdasarkan data intelijen yang didapatkan kepolisian, keberadaan Santoso terdeteksi di wilayah Sulawesi Tengah. Polisi kesulitan menghadapi medan di wilayah tersebut, yang sebagian besar terdiri dari hutan tropis serta pegunungan.

"Itu kan hutan dan gunung-gunung. Kita tidak mau salah tangkap, nanti nangkap orang biasa lagi, harus hati-hati," ujar Anton.

Anton meminta masyarakat bersabar dan memberikan waktu bagi kepolisian untuk bisa menangkap gembong teroris di Indonesia tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polri Tangkap 3 Tersangka 'Ilegal Fishing' Penyelundupan 91.246 Benih Bening Lobster

Polri Tangkap 3 Tersangka "Ilegal Fishing" Penyelundupan 91.246 Benih Bening Lobster

Nasional
PDI-P Anggap Pernyataan KPU soal Caleg Terpilih Maju Pilkada Harus Mundur Membingungkan

PDI-P Anggap Pernyataan KPU soal Caleg Terpilih Maju Pilkada Harus Mundur Membingungkan

Nasional
Kesaksian JK dalam Sidang Karen Agustiawan yang Bikin Hadirin Tepuk Tangan...

Kesaksian JK dalam Sidang Karen Agustiawan yang Bikin Hadirin Tepuk Tangan...

Nasional
DPR Tunggu Surpres Sebelum Bahas RUU Kementerian Negara dengan Pemerintah

DPR Tunggu Surpres Sebelum Bahas RUU Kementerian Negara dengan Pemerintah

Nasional
Nurul Ghufron Akan Bela Diri di Sidang Etik Dewas KPK Hari Ini

Nurul Ghufron Akan Bela Diri di Sidang Etik Dewas KPK Hari Ini

Nasional
Prabowo Nilai Gaya Militeristik Tak Relevan Lagi, PDI-P: Apa Mudah Seseorang Berubah Karakter?

Prabowo Nilai Gaya Militeristik Tak Relevan Lagi, PDI-P: Apa Mudah Seseorang Berubah Karakter?

Nasional
Hadir di Dekranas Expo 2024, Iriana Jokowi Beli Gelang dan Batik di UMKM Binaan Pertamina

Hadir di Dekranas Expo 2024, Iriana Jokowi Beli Gelang dan Batik di UMKM Binaan Pertamina

Nasional
Jokowi Ucapkan Selamat ke PM Baru Singapura Lawrence Wong

Jokowi Ucapkan Selamat ke PM Baru Singapura Lawrence Wong

Nasional
Seputar Penghapusan Kelas BPJS dan Penjelasan Menkes...

Seputar Penghapusan Kelas BPJS dan Penjelasan Menkes...

Nasional
Konflik Papua: Cinta Bertepuk Sebelah Tangan

Konflik Papua: Cinta Bertepuk Sebelah Tangan

Nasional
Para 'Crazy Rich' di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah serta Deretan Aset yang Disita

Para "Crazy Rich" di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah serta Deretan Aset yang Disita

Nasional
Soal Kelas BPJS Dihapus, Menkes: Dulu 1 Kamar Isi 6-8 Orang, Sekarang 4

Soal Kelas BPJS Dihapus, Menkes: Dulu 1 Kamar Isi 6-8 Orang, Sekarang 4

Nasional
Babak Baru Kasus Vina Cirebon: Ciri-ciri 3 Buron Pembunuh Diungkap, Polri Turun Tangan

Babak Baru Kasus Vina Cirebon: Ciri-ciri 3 Buron Pembunuh Diungkap, Polri Turun Tangan

Nasional
Wacana Kabinet Gemuk: Kemunduran Reformasi Birokrasi?

Wacana Kabinet Gemuk: Kemunduran Reformasi Birokrasi?

Nasional
Gaya Pemerintahan Prabowo Diharap Tidak Satu Arah seperti Orde Baru

Gaya Pemerintahan Prabowo Diharap Tidak Satu Arah seperti Orde Baru

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com