Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesaksian Kader Golkar soal Pembagian Uang di Munas Ancol

Kompas.com - 31/03/2015, 07:02 WIB
Indra Akuntono

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Pengurus Partai Golkar hasil Munas Bali atau kubu Aburizal Bakrie terus berusaha membuktikan adanya politik uang dan pemalsuan dokumen dalam pelaksanaan Munas Jakarta pimpinan Agung Laksono. Salah satu pembuktian dari tudingan itu adalah dengan cara menghadirkan Slamet Rasyid, kader Golkar asal Lampung, yang menjadi peserta Munas Jakarta karena tergiur iming-iming uang.

Slamet mengungkapkan pelanggaran dalam Munas Jakarta langsung di hadapan pimpinan Fraksi Golkar kubu Aburizal, yakni Ade Komarudin dan Bambang Soesatyo. Ia mengaku siap menerima konsekuensi apa pun setelah mengungkapkan pelanggaran itu secara terbuka.

"Saya datang ke sini untuk meminta maaf. Saya siap tanggung segala risikonya, siap menjadi saksi (di Bareskrim) dan siap ditahan," kata Slamet, di Sekretariat Fraksi Golkar, Senin (30/3/2015).

Slamet menuturkan, dia menerima ajakan untuk hadir dan menjadi peserta hanya beberapa hari sebelum Munas Jakarta digelar pada 6-8 Desember 2014 di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta Utara. Ia dijanjikan dapat menjadi peserta dan akan diberi sejumlah uang meski dirinya tidak memenuhi syarat menjadi peserta, yaitu harus merupakan pengurus pusat atau pimpinan Golkar di daerah.

Singkat kata, ucap Slamet, ia tiba di Hotel Mercure dan langsung diberi arahan oleh seseorang yang tidak ia sebut identitasnya. Dalam sebuah ruangan, bersama kader atau simpatisan Golkar lainnya, Slamet dijanjikan akan diberi imbalan Rp 500 juta jika menjadi peserta dan mendukung Munas Jakarta.

Mekanisme pemberian uang itu ditetapkan Rp 200 juta sebelum munas dan Rp 300 juta setelah munas berlangsung. Kesepakatan tercapai. Segala cara ditempuh untuk mendapatkan legalitas administrasi.

 
Kop surat palsu

Slamet menyatakan, hampir semua peserta Munas Jakarta menggunakan kop surat palsu. Ia bahkan berani memastikan, ada panitia Munas Jakarta yang bertugas membuat stempel palsu untuk melengkapi syarat administrasi semua peserta Munas Jakarta.

Saat ini, Slamet tidak menjadi pengurus Golkar di tingkat pusat maupun daerah. Jabatan terakhirnya di partai adalah Ketua AMPG dan Ketua Partai Golkar wilayah Lampung Selatan tahun 2004.

"Peserta Munas Ancol rata-rata ketua bohongan, kop surat bikin sendiri, stempel dibuatkan. Saya datang ke Ancol ikut-ikutan saja, ternyata bisa jadi peserta," ungkap Slamet.

Kekhawatiran dari peserta Munas Jakarta mulai muncul setelah uang yang diberikan tidak sesuai perjanjian awal. Sebelum munas berlangsung, masing-masing peserta hanya mendapat Rp 100 juta.

Uang dibagikan dengan cara memanggil satu per satu peserta ke sebuah kamar di Hotel Mercure. Uang tersebut, kata Slamet, sempat ia bagikan kepada beberapa rekannya. Slamet mengaku pada akhirnya hanya mengantongi Rp 80 juta. Meski demikian, peserta tetap mengikuti jalannya munas.

Sampai di akhir acara dan setelah Agung Laksono ditetapkan sebagai ketua umum terpilih, sisa uang yang dijanjikan tak kunjung diberikan. Slamet menyebut semua pengurus dan panitia munas langsung menghilang dari lokasi sesaat setelah rangkaian acara berakhir.

"Sempat ada ribut-ribut di Ancol dan kami langsung ke DPP (Slipi). Kita minta sisanya, tetapi ternyata janji palsu semua," ucapnya.

Ketika ditanya siapa dalang dari pelanggaran yang terjadi dalam Munas Jakarta, Slamet tidak bersedia mengungkapkannya. Ia hanya prihatin konflik Golkar terus bergulir tak berujung hanya karena kesalahan segelintir elite.

"Saya tidak bisa menyebut satu per satu, tetapi Agung Laksono itu bertanggung jawab dengan kekacauan Golkar melalui Munas Ancol," ujarnya.

Sekretaris Fraksi Golkar di DPR, Bambang Soesatyo, menuturkan, kesaksian Slamet merupakan bentuk kegelisahan kader Golkar atas konflik internal yang melanda partainya. Bambang menyebut masih banyak peserta Munas Jakarta yang siap memberi kesaksian, khususnya pihak keluarga yang merasa dirugikan karena ada anggota keluarganya yang sudah meninggal tetapi namanya dicatut sebagai peserta Munas Jakarta.

Semua kesaksian, kata Bambang, akan diungkapkan juga kepada Bareskrim Polri untuk membongkar skandal pemalsuan dokumen yang dilakukan kubu Agung Laksono. Bambang mengklaim penyidik Bareskrim juga telah menemukan sejumlah bukti pemalsuan dokumen tersebut dari peserta Munas Jakarta di beberapa daerah.

"Masih banyak 'Slamet-Slamet' yang lain. Ada pihak keluarga yang keluarganya sudah meninggal tetapi masih dipakai namanya sebagai pemberi mandat peserta munas," ucap Bambang.

Agung Laksono membantah

Ketika dikonfirmasi dalam berbagai kesempatan, kubu Agung Laksono selalu membantah terjadinya bagi-bagi uang dan pemalsuan dokumen surat mandat dalam Munas Jakarta. Pimpinan dan pengurus Golkar hasil Munas Jakarta mengaku tidak khawatir dilaporkan ke polisi dan siap mematahkan semua tuduhan tersebut.

"Saya kira itu hak orang untuk melapor. Tapi, lebih baik diselesaikan di internal. Orang mau melapor ya silakan, kita akan taat hukum," kata Agung Laksono.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Singgung Kenaikan Tukin, Jokowi Minta BPKP Bekerja Lebih Baik

Singgung Kenaikan Tukin, Jokowi Minta BPKP Bekerja Lebih Baik

Nasional
Kembangkan Energi Terbarukan di RI dan Internasional, Pertamina NRE Gandeng Masdar

Kembangkan Energi Terbarukan di RI dan Internasional, Pertamina NRE Gandeng Masdar

Nasional
MK Tolak Gugatan PPP soal Perpindahan 21.000 Suara ke Partai Garuda di 4 Dapil

MK Tolak Gugatan PPP soal Perpindahan 21.000 Suara ke Partai Garuda di 4 Dapil

Nasional
Paparkan Hasil Forum Parlemen WWF, Puan Sebut Isu Air Akan Jadi Agenda Prioritas

Paparkan Hasil Forum Parlemen WWF, Puan Sebut Isu Air Akan Jadi Agenda Prioritas

Nasional
MK Tolak Gugatan PPP Terkait Hasil Pileg Dapil Jabar

MK Tolak Gugatan PPP Terkait Hasil Pileg Dapil Jabar

Nasional
Sidang Asusila Ketua KPU, Anggota Komnas HAM dan Perempuan Jadi Ahli

Sidang Asusila Ketua KPU, Anggota Komnas HAM dan Perempuan Jadi Ahli

Nasional
Belanja Negara Makin Besar, Jokowi Minta BPKP Inovasi Gunakan Teknologi Digital

Belanja Negara Makin Besar, Jokowi Minta BPKP Inovasi Gunakan Teknologi Digital

Nasional
Pegawai Protokol Kementan hingga Pihak Swasta Jadi Saksi Sidang Kasus Korupsi SYL

Pegawai Protokol Kementan hingga Pihak Swasta Jadi Saksi Sidang Kasus Korupsi SYL

Nasional
Ketua KPK Ogah Tanggapi Masalah Ghufron Laporkan Dewas ke Bareskrim

Ketua KPK Ogah Tanggapi Masalah Ghufron Laporkan Dewas ke Bareskrim

Nasional
KPU Sebut Upaya PPP Tembus Parlemen Kandas Sebab Gugatan Banyak Ditolak MK

KPU Sebut Upaya PPP Tembus Parlemen Kandas Sebab Gugatan Banyak Ditolak MK

Nasional
Dugaan Rayu PPLN, Ketua KPU Hadiri Sidang DKPP Bareng Korban

Dugaan Rayu PPLN, Ketua KPU Hadiri Sidang DKPP Bareng Korban

Nasional
Jokowi Ingatkan BPKP untuk Cegah Penyimpangan, Bukan Cari Kesalahan

Jokowi Ingatkan BPKP untuk Cegah Penyimpangan, Bukan Cari Kesalahan

Nasional
Indonesia Jadi Tuan Rumah WWF 2024, Fahira Idris Paparkan Strategi Hadapi Tantangan SDA

Indonesia Jadi Tuan Rumah WWF 2024, Fahira Idris Paparkan Strategi Hadapi Tantangan SDA

Nasional
Asa PPP Tembus Parlemen Jalur MK di Ambang Sirna

Asa PPP Tembus Parlemen Jalur MK di Ambang Sirna

Nasional
Ingatkan BPKP Jangan Cari-cari Kesalahan, Jokowi: Hanya Akan Perlambat Pembangunan

Ingatkan BPKP Jangan Cari-cari Kesalahan, Jokowi: Hanya Akan Perlambat Pembangunan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com