Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gerindra Nilai Konflik Golkar dan PPP Upaya Bredel KMP

Kompas.com - 18/03/2015, 20:19 WIB
Dani Prabowo

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Pemerintah dianggap memiliki andil besar di dalam kisruh internal Partai Golkar dan PPP. Dengan menggunakan skenario pembredelan terhadap kekuatan PPP dan Golkar, pemerintah sebenarnya ingin mengurangi kekuatan Koalisi Merah Putih melalui tangan Menteri Hukum dan HAM, Yasonna H Laoly.

Hal itu diungkapkan Ketua DPP Partai Gerindra Arief Poyuono saat diskusi bertajuk 'Ada Apa Dengan Prahara Parpol di Era Pemerintahan Jokowi?' di Jakarta, Rabu (18/3/2015). Arief menuturkan, baik Golkar maupun PPP, keduanya merupakan partai yang memiliki posisi yang cukup strategis di KMP.

"Ini merupakan ada tanda-tanda agenda pembredelan Partai Golkar oleh pemerintah melalui Menkumham," kata Arief.

Sebelumnya, kisruh di internal PPP dan Golkar berujung pada dualisme kepemimpinan di tubuh partai itu. Partai Golkar dengan Aburizal Bakrie dan Agung Laksono. Sementara PPP dengan M Rommahurmuzi dan Djan Faridz. Kisruh itu semakin memanas saat Yasonna menerbitkan surat keputusan untuk menerima hasil pemilihan ketua umum salah satu pihak, yakni Agung Laksono (Golkar) dan Rommahurmuziy (PPP).

Arief pun mengibaratkan tindakan pengesahan itu seperti langkah nasionalisasi terhadap perusahaan multinasional asing yang melakukan pengambilalihan sumber daya alam tak sesuai dengan aturan yang berlaku. Di mana, kata dia, demi kepentingan masyarakat bersama, maka perusahaan itu harus dinasionalisasikan.

"Artinya ketika 'perusahaan multinasional' itu mencuri alam kita, maka tanpa perlu legitimasi diambil dengan cara-cara yang demokrasi," katanya.

Sementara itu, terkait hasil putusan Mahkamah Partai Golkar, ia mengatakan, jika hasil Munas Jakarta kurang sah. Sedangkan, hasil Munas Bali dianggap sah namun kurang demokratis karena pemilihan Aburizal Bakrie sebagai ketua umum saat itu dilakukan secara aklamasi.

"Nah sekarang Partai Golkar itu sendiri ideologinya Pancasila, nah artinya (pemilihan dilakukan secara) musyawarah mufakat lalu aklamasi," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com