Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Jangan Anggap Parpol Binatang Jalang!"

Kompas.com - 16/03/2015, 16:56 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Ide pembiayaan partai politik oleh negara dianggap penting untuk dimatangkan agar partai politik tidak mencari uang dengan jalannya sendiri. Sebagai organisasi yang diamanatkan untuk mereproduksi calon-calon pemimpin bangsa, pembiayaan partai politik dinilai perlu dipikirkan oleh pemerintah.

"Ide membiayai parpol itu penting dipikirkan. Jangan anggap parpol itu binatang jalang sehingga tidak perlu dipikirkan! Padahal, parpol ini yang mereproduksi pemimpin NKRI dalam lima tahun walaupun memang masih ada problem di situ (parpol)," kata ahli hukum tata negara Universitas Hasannuddin, Irman Putra Sidin, dalam diskusi yang digelar Founding Father's House di Jakarta, Senin (16/3/2015).

Menurut dia, selama ini partai politik dibiarkan begitu saja menghimpun dana dengan caranya sendiri. Dengan demikian, muncullah berbagai masalah terkait pendanaan parpol yang tidak bersih.

Untuk menjalankan organisasi, kata dia, parpol kerap menjalin relasi dengan para kapitalis atau pemilik modal. Oleh karena itu, menurut Irman, tak bisa dimungkiri bahwa pejabat dari kalangan parpol nantinya didukung kepentingan kapitalis selama memerintah.

"Dibiarkan cari uang dengan caranya sendiri. Mereka berlomba-lomba cari kekuasaan, mencari relasi dengan kapitalis, maka setelah berkuasa, kekuasaan ini bersenggama dengan kapitalis," kata Irman.

Atas dasar ini, Irman sependapat dengan wacana Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo agar negara menganggarkan Rp 1 triliun per tahun untuk pembiayaan partai politik. Menurut dia, angka Rp 1 triliun per tahun tergolong kecil jika dibagi-bagi untuk sejumlah partai politik.

"Daripada partai politik sibuk cari duit untuk dirinya sendiri, mari kita pikirkan Rp 1 triliun buat parpol. Anggaplah 10 parpol, memang akan banyak kalau dibandingkan dengan uang di kantong kita masing-masing. Tapi kalau kita bandingkan dengan uang kita setahun, itu kecil sekali itu," tutur dia.

Menurut Irman, pembiayaan parpol ini bisa menekan angka tindak pidana korupsi yang dilakukan politikus. Dengan demikian, lanjut dia, kebocoran anggaran negara pun bisa ditekan. Irman juga mengingatkan akan pentingnya parpol bagi kehidupan bernegara.

Menurut dia, kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah selama ini berawal dari ruang-ruang parpol. Oleh karena itu, ia menilai penting bagi pemerintah untuk menyehatkan parpol, salah satunya melalui pendanaan partai politik. Jika tidak diperbaiki, kata Irman, sentimen negatif masyarakat terhadap parpol akan semakin meluas.

"Sekarang orang benci DPR/DPRD, padahal dia sendiri yang memilih. Dia lebih suka kepala daerah yang marah-marah daripada DPRD yang melakukan pengawasan. Mungkin yang membuat benci karena parpolnya. Institusi pemusyawaratan perwakilan dianggap tidak ada harganya," ucap dia.

Bukan hanya itu, lanjut Irman, permasalahan terkait parpol ini dikhawatirkan menjalar atau menginfeksi lembaga-lembaga negara lainnya sehingga masyarakat semakin tidak percaya. Bukan hanya legislatif, menurut dia, sentimen terhadap parpol juga menjalar hingga ke institusi kepresidenan.

"Dalam institusi kepresidenan, betapa besarnya kepercayaan rakyat kepada presiden, tetapi dalam penyusunan kabinetnya enggak bisa presiden ngapa-ngapain. Ada persenggamaan antara kapitalis dengan politik. Hal ini karena kita tak pernah pikirkan bisa biayai parpol," ujar Irman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

Nasional
Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Nasional
Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com