JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Ketua DPR Fadli Zon mengkritik pemerintahan Joko Widodo yang dinilainya lambat dalam melakukan eksekusi terhadap para terpidana mati kasus narkoba. Menurut Fadli, semakin cepat eksekusi dilakukan, hal itu akan semakin baik.
"Pemerintah lambat, eksekusi lambat, eksekusi kapan tidak jelas karena lambatnya pemerintah mengambil keputusan," kata Fadil Zon di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (11/3/2015).
Menurut dia, karena lambatnya eksekusi mati ini, akhirnya terjadi perlawanan dari berbagai pihak, termasuk para terpidana. Terpidana mati kasus narkoba yang merupakan warga negara Perancis, Serge Atlaoui, mengajukan upaya hukum lanjutan berupa peninjauan kembali ke Pengadilan Negeri Tangerang.
Sebelumnya, terpidana mati asal Filipina, Mary Jane Fiesta Veloso, juga telah mengajukan langkah serupa. (Baca: Pengusaha Inggris: Eksekusi Mati Hukuman Barbar yang Tak Manusiawi)
"Ini membuat segala macam ekses terjadi. Pemerintah harusnya bisa mengambil sikap dengan cepat," ucap politisi Partai Gerindra itu.
Selain perlawanan dari terpidana, menurut Fadli, Indonesia juga akan terus mendapatkan tekanan dari dunia internasional jika eksekusi mati terus ditunda. Situasi ini, menurut dia, dapat mengganggu kerja sama yang selama ini dijalin dengan negara lainnya. (Baca: Penundaan Eksekusi Mati Ciptakan Kondisi Tak Nyaman bagi Jokowi)
"Kita melihat negara yang selama ini bersahabat, sekarang negara internasional semakin memojokkan kita," ucap Fadli.
Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia sebelumnya menyatakan persiapan di Pulau Nusakambangan, Cilacap, sebagai tempat eksekusi para terpidana mati telah mencapai 100 persen. Namun, hingga saat ini belum ada keputusan mengenai waktu eksekusi mati.
Kejaksaan Agung beberapa waktu lalu merilis 10 nama terpidana mati kasus narkoba yang akan dieksekusi, yakni Andrew Chan (warga negara Australia), Myuran Sukumaran (Australia), Raheem Agbaje Salami (Nigeria), Zainal Abidin (Indonesia), Serge Areski Atlaoui (Perancis), Rodrigo Gularte (Brasil), Silvester Obiekwe Nwaolise alias Mustofa (Nigeria), Martin Anderson alias Belo (Ghana), Okwudili Oyatanze (Nigeria), dan Mary Jane Fiesta Veloso (Filipina).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.