Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Presiden Joko Widodo Masih Butuh Wantimpres?

Kompas.com - 18/12/2014, 07:00 WIB

"If men were angels, no government would be necessary" (James Madison - The Federalist)


JAKARTA, KOMPAS.com - Manusia adalah makhluk tak sempurna, karena itu ia membutuhkan orang lain dalam menjalankan kehidupannya. Lingkungan sosial dibutuhkan manusia untuk mencapai tujuan hidupnya.

Seorang pemimpin diharapkan sebagai yang orang sempurna, setidaknya ia diberikan kepercayaan dari orang banyak untuk membawa mereka mencapai tujuan hidupnya. Pada zaman dahulu, seorang raja memimpin rakyatnya dengan mendapatkan nasihat dari para tetua kerajaan.

Hingga zaman modern seperti saat ini, peran pemberi nasihat masih ada di pemerintahan, meski tidak menjadi kewajiban. Pemberi pertimbangan dan nasihat itu dapat menjadi rem atau kontrol dari kebijakan yang dikeluarkan oleh pemimpin.

Kutipan dari politisi yang juga Presiden Amerika Serikat keempat, James Madison, di atas setidaknya menggambarkan butuhnya manusia untuk membentuk pemerintahan. Hal itu karena ketidaksempurnaan manusia secara lahiriah.

Madison mengingatkan pentingnya kontrol dalam menjalankan pemerintahan. Kontrol itu bukan hanya dilakukan oleh lembaga yang mengawasi, tapi juga oleh lembaga yang memberi nasihat.

Presiden Joko Widodo, sejak dirinya dilantik 20 Oktober 2014, berjalan tanpa mendapatkan nasihat dari lembaga yang diamanatkan konstitusi, Dewan Pertimbangan Presiden. Pemerintahan pun berjalan selayaknya, tak ada yang dikhawatirkan meski ada beberapa gesekan dengan legislatif.

Thus, Jokowi dapat menjalankan pemerintahannya tanpa kehadiran Wantimpres, namun lembaga non-struktural ini adalah amanat dari Pasal 16 UUD 1945 yang kemudian diatur dalam UU nomor 19 tahun 2006 tentang Dewan Pertimbangan Presiden. Bahkan, tata kerja Wantimpres diatur dalam Peraturan Presiden nomor 10 Tahun 2007 tentang Tata Kerja Dewan Pertimbangan Presiden dan Sekretariat Dewan Pertimbangan Presiden.

Menurut UU tersebut, pengangkatan Wantimpres dilakukan paling lambat tiga bulan sejak Presiden dilantik. Artinya, hanya ada waktu 1 bulan bagi Jokowi mengangkat para penasihatnya itu. Sementara itu, Wantimpres berhenti dengan sendirinya seiring dengan bergantinya pemerintahan.

Ada pun, tugas Wantimpres adalah untuk memberikan nasihat dan pertimbangan kepada Presiden dalam menjalankan kekuasaan pemerintahan negara. Pemberian nasihat dan pertimbangan tersebut kewajiban Wantimpres, baik diminta ataupun tidak oleh Presiden. Penyampaian nasihat dan pertimbangan tersebut dapat dilakukan secara perorangan maupun sebagai satu kesatuan nasihat dan pertimbangan seluruh anggota dewan.

Meski Wantimpres wajib memberikan pertimbangan dan nasihat kepada Presiden, namun lembaga tersebut tidak diperbolehkan menyampaikan ke publik pertimbangan dan nasihat yang diberikan. Selain itu, untuk mendapatkan pertimbangan dan nasihat, Wantimpres sering diikutsertakan dalam rapat kabinet di Istana. (Baca: Presiden Joko Widodo Bubarkan 10 Lembaga Non-struktural)

Belum diangkatnya Wantimpres hingga kini memunculkan pertanyaan, apakah Jokowi memang membutuhkan lembaga tersebut? Terlebih, Jokowi belum lama ini membubarkan 10 lembaga negara non-struktural, dan akan membubarkan puluhan lembaga lainnya. Apakah Wantimpres termasuk? (Baca: Presiden Bubarkan Lagi 40 Lembaga Non-struktural)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Diminta Mundur oleh TKN, Berikut 6 Menteri PDI-P di Periode Kedua Jokowi

Diminta Mundur oleh TKN, Berikut 6 Menteri PDI-P di Periode Kedua Jokowi

Nasional
Nasdem Tunggu Jawaban Anies Soal Tawaran Jadi Cagub DKI

Nasdem Tunggu Jawaban Anies Soal Tawaran Jadi Cagub DKI

Nasional
Minimalisasi Risiko Bencana Alam, DMC Dompet Dhuafa dan BNPB Tanam 1.220 Bibit Pohon di Bandung Barat

Minimalisasi Risiko Bencana Alam, DMC Dompet Dhuafa dan BNPB Tanam 1.220 Bibit Pohon di Bandung Barat

Nasional
Syaikhu Sebut Koalisi atau Oposisi Itu Kewenangan Majelis Syuro PKS

Syaikhu Sebut Koalisi atau Oposisi Itu Kewenangan Majelis Syuro PKS

Nasional
Jokowi Tak Lagi Dianggap Kader, PDI-P: Loyalitas Sangat Penting

Jokowi Tak Lagi Dianggap Kader, PDI-P: Loyalitas Sangat Penting

Nasional
PPP Buka Peluang Usung Sandiaga Jadi Cagub DKI

PPP Buka Peluang Usung Sandiaga Jadi Cagub DKI

Nasional
Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Nasional
Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Nasional
Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Nasional
PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

Nasional
Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Nasional
Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Nasional
Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Nasional
Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Nasional
5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com