JAKARTA, KOMPAS.com — Partai Golkar diprediksi akan tenggelam pada Pemilu 2019 jika para elite politiknya terus meributkan kekuasaan dan lupa berkonsolidasi di internal.
Hal itu diungkapkan pengamat politik dari Centre for Strategic International Studies (CSIS), J Kristiadi, Jumat (28/11/2014). Kristiadi menjelaskan, potensi kericuhan di internal Golkar mulai tercium sejak 2-3 tahun lalu. Suasana di dalam "Partai Beringin" itu mulai memanas setelah ada sejumlah kader yang melontarkan kritik pada kepemimpinan Aburizal Bakrie.
Kritik kepada Aburizal, kata Kristiadi, makin nyaring terdengar setelah Golkar gagal pada Pemilu 2014. Perolehan suara Golkar pada pemilu legislatif jauh dari target dan Golkar juga gagal mengusung calon presiden atau calon wakil presiden dari internal pada pemilu presiden.
"Sampai adanya indikasi transaksional yang dilakukan Aburizal untuk mereduksi gelombang perlawanan. Gelombangnya berkurang, tetapi tidak hilang," kata Kristiadi saat dihubungi, Jumat pagi.
Ia menengarai, ada transaksi politik yang dilakukan Aburizal dan kemungkinan besar menyasar para ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Golkar di tingkat provinsi. "Tetapi, saya kira jadi seperti api dalam sekam karena pembagian hasil transaksi itu tidak terlalu menetes sampai ke bawah," ujar Kristiadi.
Karena itulah, Kristiadi menganggap perpecahan di Golkar tetap akan terjadi selama Aburizal bersikukuh kembali maju menjadi calon ketua umum. Penolakan terbesar akan muncul dari kader di akar rumput dan pimpinan Golkar di tingkat kabupaten/kota.
Ia menyarankan Aburizal mengikuti amanat Musyawarah Nasional VIII agar menggelar Munas IX pada 2015. Kelegawaan Aburizal akan membuat suasana di internal Golkar makin kondusif. Ia juga menyarankan Aburizal tidak maju kembali sebagai calon ketua umum Partai Golkar. Menurut dia, Aburizal hanya berhasrat ingin berkuasa dan tidak memiliki prestasi selama lima tahun memimpin Golkar.
"Ini jadi ancaman untuk Golkar. Kalau hanya ada hasrat berkuasa dan tidak ada roh perjuangkan kepentingan rakyat, Golkar pasti menuai badai pada Pemilu 2019," kata Kristiadi.
Partai Golkar sedang terbelah karena perbedaan pendapat dalam penyelenggaraan Munas. Aburizal Bakrie dan pendukungnya berencana menggelar Munas IX mulai 30 November 2014 di Bali dengan alasan banyaknya aspirasi untuk mempercepat Munas.
Keputusan Aburizal itu mendapat penolakan keras dari kelompok yang berseberangan dengannya. Wakil Ketua Umum Partai Golkar Agung Laksono membentuk Presidium Penyelamat Partai Golkar yang ia pimpin sendiri dan beranggotakan tokoh Golkar dari lintas generasi. Agung menetapkan Munas IX Partai Golkar digelar di Jakarta pada Januari 2015.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.