Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia, ke Mana Hendak Melangkah?

Kompas.com - 18/08/2014, 19:08 WIB
Catatan Kaki Jodhi Yudono

Sudah 69 tahun ternyata kita merdeka. Sudah renta jika dia seorang manusia. Seumpama manusia, entah macam apa Indonesia kini. Adakah dia dari jenis manusia yang memble? Letoy? Atau alay? Karena itu, dalam usianya yang ke-69, Indonesia masih dirundung berbagai perkara yang belum juga bisa diurai.

Lihatlah, lingkungan kita tambah hari kian amburadul. Penggundulan hutan dan pengerukan bumi oleh industri tambang bergerak sedemikian masifnya, juga wajah sungai yang kian hitam oleh limbah industri dan rumah tangga.

Demikian juga soal kependudukan yang makin tak terkendali, sehingga pembangunan permukiman pun seiring sejalan dengan pertambahan kendaraan yang memampatkan tanah Jawa ketika lebaran tiba.

Begitu pun dengan persoalan ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Rasanya mereka yang menikmati manisnya kue ekonomi juga hanya sebagian kecil, sementara sebagian besar lainnya masih melata memunguti remah-remah rezeki karena mereka kalah bersaing dengan para pemburu yang sudah terlatih untuk menindas yang lemah. Maka jurang antara yang miskin dan yang kaya pun kian menganga lebar. Demikian juga pada bidang budaya, lantaran pengejaran pembangunan lebih pada kebendaan, maka peradaban pun lebih terfokus pada itung-itungan untung dan rugi dan mengabaikan rasa kemanusiaan yang beradab.

Atau...

Ah, tentu saja ada juga sisi baik pada perjalanan 69 tahun yang telah ditempuh oleh republik ini. Sejumlah perestasi telah dibukukan oleh bangsa ini. Sebutlah; Indonesia menang di Kompetisi SoftwareDunia yang diikuti oleh Intitut Teknologi Bandung di Kairo, Mesir. Kontingen Indonesia tampil sebagai juara umum ASEAN Primary School Sport Olympiad (APSSO) II tahun 2008 dengan meraih total perolehan medali sebanyak 32 medali dengan rincian adalah 12 medali emas, 9 perak dan 11 perunggu dari lima cabang olahraga yang dipertandingkan. Indonesia menjadi juara umum pada International Conference of Young Scientists (ICYS) ke-16 yang berlangsung di Pszczyna, Polandia, 24-28 April 2009. Indonesia berada di tingkat pertama dalam urutan negara dengan warganya paling mudah tersenyum di dunia dibandingkan dengan negara lain.

Tim Robot Indonesia dari Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung juga berhasil meraih juara I dan memperoleh medali emas dalam ‘International RobotGames’ yang diselenggarakan di San Francisco, AS. Pasangan pembalap Indonesia ditetapkan sebagai juara satu dalam ajang bergengsi Asian Cup of Road Racing (ACRR) 2008 setelah berhasil mengalahkan beberapa pembalap asal negeri tetangga di sirkuit Balipat Binuang, Kalimantan Selatan. Tim Olimpiade Komputer Indonesia (TOKI) 2009 yang terdiri dari Angelina Veni Johanna (SMA 1 BPK Penabur, Jakarta), Reinardus Surya Pradhitya (SMA Kanisius, Jakarta), Risan (SMAN 1 Tangerang), dan Christanto Handojo (SMA Kanisius, Jakarta), berhasil memenangkan dua medali perak dan satu medali perunggu dari ajang International Olympiad in Informatics (IOI) 2009 di Plovdiv, Bulgaria.

Indonesia yang diwakili oleh Universitas Indonesia (UI) berhasil meraih jura pertama pada Scientific Research Competition yang diselenggarakan oleh Asian Pasific Dental Student Association (APDSA). Pelajar Indonesia meraih prestasi gemilangl dengan menjuarai Global Enterprise Challenge (GEC) 2009. Tim Indonesia berhasil mengalahkan juara dunia tahun lalu, Selandia Baru, juara tahun 2007, Amerika Serikat, dan negara peserta dari lima benua, antara lain: Jerman, Australia, Selandia Baru, Skotlandia, Jepang, Afrika Selatan, Korea, dan Singapura.

Dan masih banyak prestasi lainnya yang telah diraih oleh bangsa ini.

Presiden RI saat menyampaikan Pidato Kenegaraan dan Nota Keuangan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) di hadapan anggota DPR dan anggota DPD RI menjelang peringatan HUT Kemerdekaan RI pada tanggal 15 Agustus yang lalu, juga mengemukakan, betapa pencapaian bangsa ini sudah sedemikian majunya. Dari bangsa yang sewaktu merdeka sebagian besar penduduknya buta huruf, rakyat Indonesia kini mempunyai sistem pendidikan yang kuat dan luas, yang mencakup lebih dari 200 ribu sekolah, 3 juta guru dan 50 juta siswa.

Dari bangsa yang tadinya terbelakang di Asia, Indonesia telah naik menjadi middle-income country, menempati posisi ekonomi ke-16 terbesar dunia, dan bahkan menurut Bank Dunia telah masuk dalam 10 besar ekonomi dunia jika dihitung dari purchasing power parity.

Dari bangsa yang seluruh penduduknya miskin di tahun 1945, Indonesia di abad ke-21 mempunyai kelas menengah terbesar di Asia Tenggara dan salah satu negara dengan pertumbuhan kelas menengah yang tercepat di Asia.

Dari bangsa yang kerap jatuh bangun diterpa badai politik dan ekonomi, kita telah berhasil mengkonsolidasikan diri menjadi demokrasi ke-3 terbesar di dunia.

Pendek kata, setelah hampir 7 dekade merdeka, Indonesia di abad ke-21 terus tumbuh menjadi bangsa yang semakin bersatu, semakin damai, semakin makmur, dan semakin demokratis.

Hmmm, benarkah semua pencapaian yang diucapkan Pak Presiden telah juga memberi manfaat yang seluas-luasnya bagi seluruh rakyat negeri ini?

Seperti pidato SBY, kiranya pekerjaan rumah masih bergunung-gunung. Mulai dari kemiskinan, pendidikan, ekonomi, utang luar negeri, demokrasi, hukum, kejahatan korupsi, Palestina, dan lain-lain.

Jika menyaksikan berita di televisi, kabar dari koran, dan berita dari media online maupun radio, bukankah terasa benar betapa bangsa ini diliputi oleh ketegangan, kegamangan, juga kegeraman. Orang-orang gampang marah, dan mereka bisa dengan tega membunuh dan melukai bahkan orang-orang yang seharusnya dikasihi. Orang tua membunuh anaknya sendiri, guru memerkosa muridnya, dan anak-anak berada di ujung marabahaya oleh intaian pelaku paedofilia.

Di lain sisi, orang-orang seperti dikomando untuk menjadi ragu dan tak tahu harus berbuat apa, sehingga menjadikan kita bangsa yang tak kreatif. Orang-orang juga geram karena frustasi yang berkepanjangan lantaran mendapati para pemimpinnya yang korup tapi tak juga dihukum secara adil.

Sementara dari sisi pembangunan, Indonesia nampaknya masih larut dalam pusaran peradaban dunia. Ya, seperti juga negara-negara lainnya di dunia ini, rasanya negeri kita memang mengidap penyakit yang sama, yakni pembangunan yang menitikberatkan pada pengejaran benda. Lihatlah diri kita, samping kanan kiri kita, bukankah penyakit kronis berupa pengejaran materi itu berdetak terus siang malam. Semua orang berlomba ingin mencapai target. Perusahaan-perusahaan seperti kesetanan membukukan keuntungan dan nyaris tidak menyisakan ruang buat kemanusiaan kita.

Itulah yang dikhawatirkan oleh Paus Fransikus saat memimpin pelaksanaan misa agung perayaan Santa Perawann Maria Diangkat ke Surga, yang bertepatan dengan hari kemerdekaan Korea Selatan yang ke-69 beberapa waktu lalu. Paus menyerukan imbauan meninggalkan materialisme, sebab menurutnya, saat ini sebagian besar wilayah Asia telah dilanda sifat materialistis.

Selain itu, Paus juga memperingatkan tentang keputusasaan yang menimpa masyarakat di negara makmur. Oleh karena itu, Paus meminta umat Katolik Kotrea Selatan menolak "model ekonomi tak manusiawi".

Mudah-mudahan saja, presiden baru kita nanti akan membawa kesejahteraan bagi bangsa ini. Para pengusaha kembali berpijak ke budaya bumi ini, budaya penuh kasih yang memanusiakan manusia, sehingga tidak cuma mengejar keuntungan namun juga membuka ruang kemanusiaan. Demikian juga para pemimpin negeri ini, moga-moga saja mereka tak cuma memperlakukan manusia hanya sebagai sekumpulan robot yang gampang disetir ke mana mereka suka.

Indonesia, ke mana engkau hendak melangkah?

@JodhiY

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com