"Ada lah kode-kode yang kami pasang sehingga tidak mungkin lah bocor-bocorin. Kalau memang iya buktikan," ujar Arief Budiman di sela sidang etik Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu, di Kementrian Agama, Jakarta Pusat, Kamis (14/8/2014).
Arief juga mengatakan, selama proses Pemilihan Presiden 2014 ini, KPU harus melayani siapa saja warga yang belum masuk ke Daftar Pemilih Tetap (DPT) atau Daftar Pemilih Khusus Tambahan. Menurutnya, pendataan seperti itu dilakukan oleh KPU tanpa ada niat buruk dalam pendataan.
Arief mengaku tidak keberatan jika Tim Prabowo-Hatta menduga ada kebocoran data C1. Namun, ia meminta agar tudingan itu dibuktikan.
"Silahkan saja dibuktikan kalau bocor, bocornya kapan? di mana?," ujarnya.
Sebelumnya, tim Prabowo-Hatta meragukan sistem pengamanan yang digunakan Komisi Pemilihan Umum didalam formulir C1. Mereka menilai, sistem pengamanan formulir C1 sudah bocor ke publik dan mudah untuk diduplikasi oleh siapa saja.
Koordinator Tim Advokasi Prabowo-Hatta, Mahendrahatta, mengatakan, pihaknya telah melakukan riset terhadap pengamanan form C1. Salah satu relawan dari Tim Prabowo-Hatta, Fahrurozy menjelaskan, dalam form C1 terdapat sistem pengamanan berupa mikroteks yang diletakkan di bagian-bagian tertentu formulir.
Pengamanan dengan mikroteks tersebut layaknya pengamanan di uang kertas. Namun, belakangan rahasia mengenai mikroteks itu bocor dan tersebar luas di internet.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.