Mulanya wanita yang kerap disapa Angie itu mengatakan bahwa ia diminta oleh Bendahara Umum Partai Demokrat saat itu, Muhammad Nazaruddin, agar menyumbang dana untuk ajang pemilihan ketua umum pada Kongres Partai Demokrat tahun 2010 di Bandung.
"'Gini aja Mbak Angie, kalau mau Mas Adjie jadi Ketua Komisi V, ikuti kata-kata saya (Nazar) saja'. Saya juga menginginkan Mas Adji jadi Ketua Komisi V. Saya menjalankan perintah Pak Nazar," kata Angie sambil sesenggukan.
Menurut Angie, suaminya saat itu hanya mampu menyumbang Rp 150 juta. Namun, menurut Nazaruddin, jumlah tersebut sangat kurang. Angie yang saat itu menjadi anggota Komisi V DPR RI pun diminta fokus mengurus fee proyek di Kementerian Pendidikan (Kemendiknas).
"Saya ditugasi untuk Kemendiknas. 'Lima persen, ya Mbak Angie, satu persen untuk Komisi, satu persen pimpinan Banggar, dan tiga persen untuk fraksi. Itu urusan Nazar, Mbak Angie hanya memantau yang satu persen saja'," kata Angie, menirukan ucapan Nazaruddin saat itu.
Angie juga diminta Nazar untuk mendukung dan tidak mengkritik program-program di kementerian yang dipimpin oleh kader dari Partai Demokrat. Namun, menurut Angie, Anas tidak pernah mencampuri proyek-proyek di kementerian tersebut.
"Pak Anas enggak pernah ikut campur proyek-proyek ini. Yang memberitahukan itu Pak Nazar. Bendahara punya komunikasi sendiri dengan Pak Ketua (Anas)," kata Angie.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.