Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/07/2014, 16:11 WIB

He-he-he, tapi kalimat "Aku rapopo" yang sebetulnya berkonotasi ikhlas itu masih juga dijadikan bahan untuk menyerang Anda. Mereka yang berseberangan menuduh Anda sebetulnya tak bisa apa-apa, alias bodoh, karena bisanya cuma bilang "Aku rapopo".

Jika saya menjadi Anda, pasti saya akan salah tingkah dan salah gaya. Mau ngapain aja serba salah. Tapi untunglah Anda kuat hatinya dan juga kuat badannya. Walhasil, Anda tetap fokus menuju istana sebagai calon presiden. Bahkan kalau boleh jujur, di akhir-akhir debat presiden, Anda semakin kukuh dan yakin bakal memenangi Pilpres 2014.

Mas Jokowi yang baik hati. Besok tanggal 22 Juli KPU mengumumkan hasil pilpres. Para pendukung Anda—seperti juga pendukung Prabowo—yakin Anda akan memenangi pemilihan tersebut. Jika esok benar Anda terpilih menjadi presiden, itu kian mempertegas kebesaran Tuhan bahwa tiada makhluk yang bisa mengubah dan mengatur takdir. Seberapa pun biaya dikeluarkan, apa pun cara dipakai untuk menghadang Anda, jika Tuhan telah menetapkan Anda jadi presiden, maka jadilah Anda sebagai presiden.

Barangkali, telah tertulis di loh mahfuz bahwa pada usia ke-53, pada tanggal 22 Juli, sebulan setelah berulang tahun, Anda terpilih sebagai presiden. Jika ini benar terjadi, maka gugurlah segenap teori tentang bibit-bebet-bobot, tentang dedeg piadeg Anda yang kerempeng dan ndeso dan tidak pantes jadi presiden.

Ya, ya... Anda hanyalah lelaki sederhana yang lahir dari pasangan Noto Mihardjo dan Sujiatmi Notomiharjo serta merupakan anak sulung dan putra satu-satunya dari empat bersaudara. Ayah Anda berasal dari Karanganyar, sementara kakek dan nenek berasal dari sebuah desa di Boyolali. Anda mengawali pendidikan dengan masuk SD Negeri 111 Tirtoyoso yang dikenal sebagai sekolah untuk kalangan menengah ke bawah.

Sebagaimana galibnya wong cilik, Anda pernah juga mengalami kesulitan hidup. Terpaksa berdagang, mengojek payung, dan jadi kuli panggul untuk mencari sendiri keperluan sekolah dan uang jajan. Saat anak-anak lain ke sekolah dengan sepeda, Anda memilih untuk tetap berjalan kaki. Mewarisi keahlian bertukang kayu dari ayahanda, sampean mulai pekerjaan menggergaji di umur 12 tahun. Penggusuran yang Anda alami sebanyak tiga kali pada masa kecil memengaruhi cara berpikir dan kepemimpinan Anda kelak setelah menjadi Wali Kota Surakarta saat harus menertibkan permukiman warga.

Oh ya, Mas. Ada juga lho yang menyamakan perjalanan Anda menuju RI 1 sebagai lakon "Petruk jadi ratu". Itu artinya, karena Anda itu lebih pantas jadi kawulo dan tidak pantas jadi ratu, maka kelak ketika menjadi presiden pun enggak akan lama. Sebab, kedudukan Anda pantasnya memang sebagai kawulo, sebagai rakyat.

Saran saya, biarin saja, Mas. Tetaplah Anda berpegang pada jargon "Aku rapopo". Sebab saya yakin, para pendukung Anda pasti akan berpikir sebaliknya. Kendati Anda bertampang sebagai kawulo, sebagai Petruk, tapi Anda memiliki kemuliaan hati sebagai seorang kesatria, sebagai Abimanyu. Tidak pernah sekali pun Anda mengolok-olok lawan Anda, sebagaimana lawan-lawan Anda mengolok-olok sampean.

Para pendukung Anda tentulah meyakini benar bahwa Anda adalah kesatria terpilih yang akan memimpin para kawula, rakyat negeri ini. Para pendukung Anda pasti akan legawa memangku Anda sebagai "raja". Tugas kawula hanyalah memangku raja, agar ia dapat menduduki takhtanya.

Sebab, pendukung Anda yang tulus itu, yang berjumlah 1.289 kelompok relawan Jokowi-JK di seluruh Indonesia, adalah rakyat yang telah memiliki kesadaran sebagai rakyat yang dapat membantu penguasa untuk menuliskan sejarahnya. Mengapa mereka memilih Anda? Sebab, dari jejak rekam Anda, mereka tahu bahwa Anda itu jenis penguasa yang menghargai kawula, yang berkorban demi kawula, tidak malah menjadi benalu bagi rakyatnya. Mereka juga tahu, bahwa Anda mau berkorban demi mereka. Itulah sebabnya, mereka ikhlas menyiapkan kursi bagi Anda untuk menjadi seorang raja, seorang presiden.

Semoga Anda mengerti ini semua bahwa kuasa itu hanyalah sarana buat berkorban. Jika tak memiliki kesadaran ini, Anda tidak akan dianggap oleh rakyat. Raja akan tamat riwayatnya sebagai raja jika sudah ditinggal rakyatnya. Raja yang tidak dipangku rakyat adalah raja yang koncatan (ditinggalkan) wahyu.

Ah, saya mendadak teringat ucapan Petruk dalam cerita pewayangan, "Rakyat itu ada sepanjang zaman. Sementara raja itu tidaklah abadi. Ia bertakhta hanya dalam masa tertentu. Ketika masa itu lewat, ia harus turun atau binasa. Sementara rakyat terus ada. Buktinya, saya ini ada di sepanjang zaman. Menjadi punakawan, hamba yang menemani penguasa dari masa ke masa, sampai hari ini. Kawula iku ana tanpa wates, ratu kuwi anane mung winates (rakyat itu ada tanpa batas, sedangkan raja ada secara terbatas)."

Mas Joko Widodo yang suka blusukan, demikian surat dari saya. Tetaplah menjadi Petruk, tetapi berkepribadian sebagai Abimanyu. Tetaplah bersama kawula dan jangan sekali-sekali membuat jarak dengan rakyat.

Wis yo Mas, sing ati-ati, di jalan banyak angin ribut, badai, dan juga serigala!

@JodhiY

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi Kembali ke Jakarta Usai Kunjungi Korban Banjir di Sumbar

Jokowi Kembali ke Jakarta Usai Kunjungi Korban Banjir di Sumbar

Nasional
26 Tahun Reformasi, Aktivis 98: Kami Masih Ada dan Akan Terus Melawan

26 Tahun Reformasi, Aktivis 98: Kami Masih Ada dan Akan Terus Melawan

Nasional
Dewas KPK Sudah Cetak Putusan Etik Ghufron, tapi Tunda Pembacaannya

Dewas KPK Sudah Cetak Putusan Etik Ghufron, tapi Tunda Pembacaannya

Nasional
Anggota Komisi VIII Kritik Kemensos karena Tak Hadir Rapat Penanganan Bencana di Sumbar

Anggota Komisi VIII Kritik Kemensos karena Tak Hadir Rapat Penanganan Bencana di Sumbar

Nasional
PAN Tak Mau Ada Partai Baru Dukung Prabowo Langsung Dapat 3 Menteri

PAN Tak Mau Ada Partai Baru Dukung Prabowo Langsung Dapat 3 Menteri

Nasional
Ahli Sebut Keawetan dan Usia Tol MBZ Berkurang karena Spesifikasi Material Diubah

Ahli Sebut Keawetan dan Usia Tol MBZ Berkurang karena Spesifikasi Material Diubah

Nasional
PKB Siapkan Ida Fauziyah Jadi Kandidat Cagub Jakarta, Bukan Anies

PKB Siapkan Ida Fauziyah Jadi Kandidat Cagub Jakarta, Bukan Anies

Nasional
PKB Akui Pertimbangkan Airin Jadi Bacagub di Pilkada Banten 2024

PKB Akui Pertimbangkan Airin Jadi Bacagub di Pilkada Banten 2024

Nasional
Bantah Dapat Jatah 4 Menteri dari Prabowo, PAN: Jangan Tanggung-tanggung, 6 Lebih Masuk Akal

Bantah Dapat Jatah 4 Menteri dari Prabowo, PAN: Jangan Tanggung-tanggung, 6 Lebih Masuk Akal

Nasional
Kisah Runiti Tegar Berhaji meski Suami Meninggal di Embarkasi

Kisah Runiti Tegar Berhaji meski Suami Meninggal di Embarkasi

Nasional
Jokowi Mengaku Tak Bahas Rencana Pertemuan dengan Megawati Saat Bertemu Puan di Bali

Jokowi Mengaku Tak Bahas Rencana Pertemuan dengan Megawati Saat Bertemu Puan di Bali

Nasional
Soal Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Menkes Sebut WHO Sudah Ingatkan Risikonya

Soal Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Menkes Sebut WHO Sudah Ingatkan Risikonya

Nasional
Kemendikbud Akan Turun Periksa Kenaikan UKT, Komisi X DPR: Semoga Bisa Jawab Kegelisahan Mahasiswa

Kemendikbud Akan Turun Periksa Kenaikan UKT, Komisi X DPR: Semoga Bisa Jawab Kegelisahan Mahasiswa

Nasional
TII Serahkan Petisi Pansel KPK, Presiden Jokowi Didesak Pilih Sosok Berintegritas

TII Serahkan Petisi Pansel KPK, Presiden Jokowi Didesak Pilih Sosok Berintegritas

Nasional
Dilaporkan Nurul Ghufron ke Polisi, Ketua Dewas KPK: Ini Tidak Mengenakkan

Dilaporkan Nurul Ghufron ke Polisi, Ketua Dewas KPK: Ini Tidak Mengenakkan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com