SURABAYA, KOMPAS.com — Serangan isu hak asasi manusia (HAM) kepada capres Prabowo Subianto dinilai sebagai bentuk kepanikan Timses Jokowi-JK atas terus naiknya elektabilitas Prabowo-JK. Serangan isu HAM juga dinilai upaya Jokowi-JK untuk menarik swing voter.
Menurut pengamat politik Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya, Ahmad Imam Mawardi, swing voter adalah kelas menengah teredukasi. Mereka justru memiliki cara pandang kritis terhadap isu tersebut.
"Justru yang terjadi adalah blessing in disguise (dukungan yang tersembunyi) bagi Prabowo. Posisi Prabowo semakin aman. Kini tinggal bagaimana tim sukses Prabowo-Hatta menanggapi isu ini. Saya melihat, mereka tidak emosional dalam menanggapi isu ini," katanya, Senin (23/6/2014).
Kata dia, isu pelanggaran HAM oleh Prabowo saat ini benar-benar menjadi komoditas politik lawan Prabowo. Publik bisa melihat bahwa isu tersebut hanya mengandung motif politik, bukan motif membuka pelanggaran HAM.
"Kalau demi HAM, kenapa tidak dibuka dari dulu, saat Prabowo digandeng Megawati pada Pemilu 2009?" ujarnya.
Sebelumnya, elektabilitas Prabowo terus naik menjelang pelaksanaan Pilpres 9 Juli, meski elektabilitasnya itu masih di bawah elektabilitas Jokowi. Hasil survei terakhir Lingkaran Survei Indonesia (LSI), elektabilitas Prabowo sebesar 38,7 persen per Juni 2014, sedangkan elektabilitas Jokowi sebesar 45 persen.
Survei pertama pada September 2013, elektabilitas Jokowi saat itu 50,3 persen, sementara Prabowo hanya 11,1 persen. Kemudian, pada Maret 2014, elektabilitas Jokowi menurun menjadi 46,3 persen, sementara elektabilitas Prabowo 22,1 persen. Survei pada awal Mei 2014 ditambah wakil presiden, Jokowi 35,42 persen dan Prabowo 22,75 persen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.