Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/04/2014, 08:23 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com -- Serangan mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum kepada Presiden dan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dinilai hanya bentuk kekecewaan Anas. Sekencang apa pun kicauan Anas, dinilai tak akan mampu menjatuhkan SBY.

"Ini tidak mengganggu. Ibarat tinju profesional, Anas itu ibarat tinju kelas bulu dan Pak SBY petinju kelas berat. Bukan lawannya," ujar Juru Bicara Partai Demokrat Ruhut Sitompul saat dihubungi, Selasa (8/4/2014). Dia berkeyakinan serangan Anas tak akan berpengaruh terhadap persepsi publik untuk SBY.

Apalagi, ujar Ruhut, Anas terbelit perkara dugaan korupsi. Menurut anggota Komisi III DPR ini, rakyat lebih membenci Anas lantaran kasusnya itu yang dapat memiskinkan orang banyak. Ruhut mengatakan, Partai Demokrat memang semula mempersiapkan Anas menjadi bakal calon presiden. Namun, ujar dia, kasus korupsi yang menjerat Anas membuat rencana itu kandas.

"Karena batal jadi capres, maka dia seranglah Presiden. Dia frustrasi sebenarnya, makanya SBY pun dia serang," ujar Ruhut. Dia yang dulu juga adalah anggota tim sukses pemenangan Anas dalam Kongres Partai Demokrat pada 2010 ini mengatakan, upaya Anas menyeret siapa saja ke dalam kasusnya hanya akan membuat Anas terperosok lebih dalam. "Anas sudah salah jalan."

Serangan Anas

Anas mengakui dia tengah menyerang Presiden sekaligus Ketua Umum DPP Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono. Menurut Anas, perlawanan ini merupakan respons atas sikap dan tindakan SBY kepadanya.

“Jadi kalau dibilang saya menyerang Pak SBY, saya bilang memang iya, hanya untuk merespons apa yang saya alami dari sikap dan tindakan SBY,” kata Anas di Gedung KPK, Kuningan, Jakarta, Senin (7/4/2014), seusai menandatangani perpanjangan masa penahanan.

Namun, Anas membantah dia melakukan kampanye hitam untuk Partai Demokrat. Dia mengatakan, sampai saat ini masih ada sahabat-sahabatnya yang mencalonkan diri menjadi anggota legislatif melalui Partai Demokrat.

“Saya bilang, tidak ada rumusnya Anas menyerang Partai Demokrat. Pertama, Anas pernah menjadi Ketua Umum Demokrat. Kedua, sahabat Anas nyaleg di DPR, DPRD. Tidak ada yang menyerang Partai Demokrat, tidak ada kamusnya Anas menyerang Demokrat,” papar Anas.

Sejak ditahan di Rumah Tahanan KPK, Anas kerap melontarkan pernyataan yang bernada menyerang SBY. Belakangan, Anas meminta KPK menyelidiki dugaan aliran dana talangan Bank Century untuk pemenangan SBY dalam Pemilu Presiden 2009.

Tim pengacara Anas juga menyebut SBY memberikan uang kepada Anas, yaitu uang yang dipakai untuk membayar uang muka mobil Toyota Harrier. Kini, Toyota Harrier itu menjadi salah satu barang bukti dugaan korupsi yang menjerat Anas.

Selain menuding SBY, pengacara Anas juga menyebut Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) menerima uang 200.000 dollar AS dari dana talangan tersebut. Namun, tim pengacara Anas enggan menjelaskan lebih jauh latar belakang penerimaan uang oleh Ibas tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

Nasional
PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

Nasional
Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

BrandzView
Jokowi dan Gibran Disebut Bukan Bagian PDI-P, Kaesang: Saya Enggak Ikut Urusi Dapurnya

Jokowi dan Gibran Disebut Bukan Bagian PDI-P, Kaesang: Saya Enggak Ikut Urusi Dapurnya

Nasional
Helikopter Panther dan KRI Diponegoro Latihan Pengiriman Barang di Laut Mediterania

Helikopter Panther dan KRI Diponegoro Latihan Pengiriman Barang di Laut Mediterania

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com