“Tidak ada yang berubah pada persepsi publik terhadap parpol. Kita lihat pada pola kampanye mereka. Program-program yang disebutkan, isi kampanye terbuka, tidak ada perubahan yang signifikan. Partai masih bersandar pada wacana-wacana yang abstrak dan tidak konkrit,” ujar Boni saat dihubungi pada Minggu (30/3/2014).
Boni menambahkan, kampanye terbuka pada pemilu tahun ini malah memunculkan banyak konflik antarpartai. Alih-alih mensosialisasikan program, kata Boni, mereka malah saling berperang secara tidak sehat, menyebarkan kampanye hitam, menyindir, dan memfitnah.
Boni menilai, kualitas peserta pemilu seperti ini yang menjadi alasan masyarakat skeptis pada pemilihan umum, terlebih pada cara partai politik berkampanye. Selain itu, kata Boni, minat pemilih turun karena kegagalan sistem politik untuk memenuhi ekspektasi masyarakat terhadap partai-partai politik.
“Mereka (masyarakat) muak melihat cara mereka berkampanye. Dari pemilu ke pemilu orang punya pengharapan makin banyak, tapi yang ada justru realisasinya makin kurang. Politik makin jauh dari rakyat,” kata Boni.
Menurut Boni, banyak masyarakat yang memilih untuk ‘tidak memilih’ karena alasan ideologis dan frustasi melihat praktik politik seperti ini. “Dulu saya sempat protes ketika golput dipidanakan. Saya juga waktu sebelumnya tidak memilih. Alasannya, saya tidak ingin mencoblos parpol yang saya tahu kualitasnya tidak baik dan tidak membawa perubahan apapun,” ujarnya.
Boni mengingatkan, jika masih tidak ada perubahan dalam pola berkampanye parpol, masyarakat tetap menutup hatinya untuk berpartisipasi dalam pemilu. Meskipun ia tidak bisa menjamin tingkat golput akan merosot tajam, namun menurutnya, pemilu kali ini tidak lebih buruk dari sebelumnya.
Munculnya beberapa gerakan kampanye untuk meminimalisir angka golput dianggap Boni sebagai sarana membuka kesadaran masyarakat guna meminimalisir angka absennya pemilih.
“Belakangan ini semangat kampanye antigolput atau kampanye ‘Ayo Memilih’ itu makin gencar. Ini mungin agak menciptakan rasa bersalah pada orang-orang yang tidak mau memilih,” kata Boni.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.