Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pramono Edhie: Kalau Demokrat Tak Disukai, Kenapa Banyak yang Mau Salaman dengan SBY?

Kompas.com - 29/03/2014, 07:52 WIB
Sabrina Asril

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com — Survei Charta Politika menempatkan Partai Demokrat sebagai partai yang paling tidak disukai masyarakat. Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Pramono Edhie Wibowo, mempertanyakan survei itu berdasarkan pemantauannya setiap kali ikut kampanye.

"Saat kampanye terbuka dengan jurkamnas Pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono, red), bisa dilihat sendiri selalu ramai, yang ingin bersalaman berebut. Kalau tidak disukai, kenapa mereka berebut?" ujar Pramono di sela persiapan kampanye Demokrat, di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (29/3/2014).

Jika dibandingkan partai lain, Pramono pun mengklaim kampanye partainya selalu lebih ramai. Hanya, mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat itu berpendapat kegiatan partainya tak pernah ditulis media. Pramono juga mengusulkan agar survei tak hanya sebatas suka atau tidak suka, tetapi ditanyakan juga partai mana yang paling banyak berbuat untuk masyarakat.


Golkar

Pramono juga menanggapi pernyataan politisi Partai Golkar, Indra J Piliang, soal survei yang sama. Survei Charta Politika menempatkan Partai Golkar di posisi ketiga di bawah Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera sebagai partai tak disukai publik.

Menurut Indra, partainya tak disukai karena terimbas kinerja Partai Demokrat. "Kalau (Golkar) tidak disukai karena Demokrat, ya memisahkan diri dari koalisi saja sejak awal?" tanya Pramono.

Adik ipar SBY ini melanjutkan pertanyaannya, "Kenapa mereka merasa terkena dampak buruknya karena perilaku partai berkuasa, tetapi pada saat (partai kami) berkuasa tidak satu pun (partai koalisi) memisahkan diri? Apakah Atut itu korupsi juga karena ikut koalisi?"

Survei

Partai Demokrat menempati peringkat pertama sebagai partai politik yang paling tidak disukai masyarakat berdasarkan survei Charta Politika. Sementara itu, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Golongan Karya (Golkar) menyusul di peringkat kedua dan ketiga.

Partai Demokrat mendapatkan angka 17,1 persen untuk ketidaksukaan publik. Adapun PKS mendapat 8,5 persen dan Golkar 6,6 persen. Survei yang sama untuk partai lain mendapatkan hasil berturut-turut PDI Perjuangan (4,9 persen), PKPI (4,1 persen), Nasdem (2,7 persen), PBB (2,4 persen), Gerindra (2,1 persen), PKB (1,9 persen), PAN (1,7 persen), Hanura (1,3 persen), dan PPP (1 persen).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com