Di sela-sela kesibukannya kampanye di Bandar Lampung, akhir pekan lalu, Ganjar mengatakan, kualitas caleg PDI Perjuangan dari skala satu hingga 10 berada di urutan tujuh. Masih banyak caleg yang belum memahami fungsi legislatif, mulai dari pembuatan undang-undang (legislasi), penyusunan anggaran (budgeting), dan fungsi kontrol pemerintah (controlling).
"Kita kurang di legislasi. Ini sulit karena harus membuat konsepsi, membayangkan aturan ini bisa jalan atau enggak, konsekuensi anggarannya berapa, konsekuensi sosialnya apa. Itu yang menjadi proyeksi. Ini yang caleg kita belum," ujar Gubernur Jawa Tengah kepada Kompas.com.
Kualitas calon anggota legislatif seperti itu, kata Ganjar, memiliki konsekuensi negatif yang besar. Misalnya, tidak memperjuangkan program dengan tak datang rapat, ngotot mengesahkan program titipan, aksi lobi-lobi antara fraksi soal kualitas peraturan, serta berbagai bentuk keabsenan kualitas calon legislatif yang lainnya. Tak jarang kepercayaan publik terhadap legislatif "terjun bebas".
Rekrutmen politik
Di dalam sebuah blog, Wakil Sekjen DPP PDI Perjuangan Ahmad Basarah mengatakan, kualitas calon legislatif partainya pada 2014 diprediksi bakal jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya. Pada pemilu sebelumnya, partainya hanya memakai mekanisme penjaringan, penyaringan, dan penetapan yang didasarkan pada pertimbangan dan penilaian kualifikasi kader, yakni pemahaman ideologi yang mampu mengusahakan kebijakan bagus di parlemen.
Tahun ini prosesnya berbeda. Di sela-sela penyaringan, terdapat psikotes. Hasil psikotes tersebut bakal digunakan sebagai bahan penempatan sang caleg. Apakah di eksekutif sebagai pemimpin daerah, legislatif baik di tataran nasional maupun provinsi, ataupun menjabat sebagai pejabat badan usaha milik negara (BUMN).
Serba salah
Persoalan kedua, Joko Widodo menilai, ada di publik. Menurut Gubernur DKI Jakarta itu, caleg yang telah dikader sebaik serta seberkualitas apa pun, tidak ada gunanya jika telah disodorkan ke hadapan publik. Sebab, publik akan memilih dengan seleranya masing-masing. Ada yang melirik hanya melalui penampilan fisik, ada yang memilih karena politik uang, kedekatan silsilah keluarga. Nah, yang paling beruntung itu jika konstituen memilih caleg dari kualitas rekam jejak kariernya. Ungkapan "apa pun lirik lagunya, yang penting joget" sangat cocok menggambarkan situasi itu.
"Memang, rekrutmen politik tidak menentukan karena yang milih kan rakyat. Kita sudah siapkan yang baik, ini, itu, tapi yang dipilih yang lain. Kita ini jadinya mau gimana dong," ujar Jokowi kepada Kompas.com pada kesempatan kampanye beberapa waktu lalu.
Namun, Jokowi tidak menyalahkan masyarakat. Jokowi mengaku bahwa kesalahan tetap ada di partai. Oleh sebab itu, rekrutmen politik internalnya akan diperbaiki dan diperketat. Menurut pria yang bakal dicalonkan sebagai presiden dari PDI Perjuangan tersebut, partainya mesti melihat kebutuhan rakyat pada masa kini dan depan.
"Yang penting santun dululah, tak usah menyakiti yang lain, tidak usah kritik kekurangan lain karena belum tentu kita itu lebih baik dari mereka," ucapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.