Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bertemu Putri Tunggal Chairil Anwar

Kompas.com - 22/11/2013, 14:14 WIB

Namun, akhirnya rahasia itu terbongkar juga. Om Ibrahim, adik Hapsah, berterus terang kepada Eva. "Beliau bilang bahwa benar saya ini anak Chairil. Saat itu saya berumur delapan tahun. Akhirnya mama enggak bisa mengelak, mama bilang papa pergi pas saya umur setahun."

Ya, Chairil pergi menghadap ke Ilahi sebelum genap 27 usianya, sementara Eva masih satu setengah tahun. Namun, dalam usia semuda itu nama Chairil telah terkenal dalam dunia sastra setelah pemuatan tulisannya di majalah Nisan pada tahun 1942. Saat itu ia baru berusia 20 tahun. Dan seperti yang kita kenal kini, puisi-puisi Chairil 'berwarna' kelam. Entahlah, barangkali Chairil sudah merasa, kematiannya telah dekat. Maka, hampir semua puisi-puisi yang ia tulis merujuk pada kematian.

Namun, saat pertama kali mengirimkan puisi-puisinya di majalah Pandji Pustaka untuk dimuat, banyak yang ditolak karena dianggap terlalu individualistis dan tidak sesuai dengan semangat Kawasan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya. Ketika menjadi penyiar radio Jepang di Jakarta, Chairil jatuh cinta pada Sri Ayati, tetapi hingga akhir hayatnya Chairil tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkannya.

Puisi-puisinya beredar di atas kertas murah selama masa pendudukan Jepang di Indonesia dan tidak diterbitkan hingga tahun 1945. Kemudian ia memutuskan untuk menikah dengan Hapsah Wiraredja pada 6 Agustus 1946 di Karawang. Kata Eva, hiasan pelaminannya dari bunga teratai yang harus sering diganti karena cepat layu. Mereka dikaruniai seorang putri bernama Evawani Alissa, tetapi bercerai pada akhir tahun 1948.
***
Setelah pengakuan Hapsah, Chairil bagi Eva bukanlah seorang asing yang berada di sampul buku puisi. Chairil telah menjadi ayah, meski berada di alam lain. Maka pada suatu hari, ibunda Eva memberinya sebuah buku berjudul Deru Campur Debu. Alangkah terkejutnya Eva, ternyata di halaman pertama buku tersebut ada tulisan begini, "Ip, buku banyak salah cetak, nanti kalau kita banyak uang kita bikin percetakan sendiri."

Sayang disayang, buku tersebut hilang sewaktu dipinjam Sjumanjaya yang kala itu hendak membuat film otobiografi Chairil. Turut hilang pula waktu itu selembar tulisan tangan Chairil berupa puisi berjudul "Buat H".

Sebagai seorang penyair, tentu tak banyak harta yang ditinggalkan Chairil buat istri dan anaknya. Menurut Eva, kala dirinya masih kecil, ada radio peninggalan Chairil yang dijual oleh ibundanya.

Yang ditinggalkan Chairil untuk Eva melalui Hapsah hanyalah pesan agar kelak Eva memanggilnya Chairil saja. "Aku kan masih muda, nanti Iip memanggilku Chairil saja. Aku berharap Iip jadi anak yang pintar seperti aku dan tekun seperti kamu," ujar Eva menirukan kata-kata ibunya yang kala itu bekerja di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
***

Mengenang Chairil adalah mengenang seorang penyair yang memiliki pesona yang tiada tandingannya kala itu, bahkan mungkin hingga kini. Saat Chairil meninggal, yang mengantar kepergian Chairil yang meninggal akibat disentri dan kolera di RSCM, tak putus dari RSCM pemakaman di Pemakaman Karet.

Karet Bivak adalah kuburan yang telah dinujumkan oleh Chairil sendiri melalui puisinya "Yang Putus dan Yang Terempas". Pada puisi tersebut, Chairil menulis... "Di Karet.., di Karet.., daerahku yang akan datang."

Ya ya, vitalitas puitis Chairil tidak pernah diimbangi kondisi fisiknya. Sebelum menginjak usia 27 tahun, sejumlah penyakit telah menimpanya. Chairil meninggal dalam usia muda di Rumah Sakit CBZ (sekarang Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo), Jakarta, pada tanggal 28 April 1949. Penyebab kematiannya tidak diketahui pasti, menurut dugaan, lebih karena penyakit TBC. Namun, menurut Eva, ayahnya meninggal karena disentri. Ia dimakamkan sehari kemudian di Taman Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta. Makamnya diziarahi oleh ribuan pengagumnya
dari masa ke masa. Hari meninggalnya juga selalu diperingati sebagai Hari Chairil Anwar. Kritikus sastra Indonesia asal Belanda, A Teeuw, menyebutkan bahwa "Chairil telah menyadari akan mati muda, seperti tema menyarah yang terdapat dalam puisi berjudul "Jang Terampas
Dan Jang Putus".

Selama hidupnya, Chairil telah menulis sekitar 94 karya, termasuk 70 puisi; kebanyakan tidak dipublikasikan hingga kematiannya. Puisi terakhir Chairil berjudul "Cemara Menderai Sampai Jauh" ditulis pada tahun 1949, sedangkan karyanya yang paling terkenal berjudul "Aku" dan "Krawang Bekasi". Semua tulisannya baik yang asli, modifikasi, maupun yang diduga dijiplak, dikompilasi dalam tiga buku yang diterbitkan oleh Pustaka Rakyat. Kompilasi pertama berjudul Deru Campur Debu (1949), kemudian disusul oleh Kerikil Tajam Yang Terampas dan Yang Putus (1949), dan Tiga Menguak Takdir (1950, kumpulan puisi dengan Asrul Sani dan Rivai Apin).

***
Eva yang kelahiran tahun 1947 dikarunia 3 anak dan 4 cucu, dari pernikahann dengan almarhum Ibnu Sawarno. Anak pertamanya yang bernama Selectia Rizka menuruni bakat kakeknya dalam menulis puisi.

Eva, yang berprofesi sebagai notaris, mengaku bangga sebagai anak Chairil. "Dalam usia muda, Chairil memiliki karya yang berkualitas sehingga sampai saat ini digemari masyarakat. Puisi-puisinya banyak diterjemahkan ke berbagai bahasa," begitu kata Eva, bangga.

@JodhiY

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Nasional
Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Nasional
Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Nasional
Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

Nasional
Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

Nasional
Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Nasional
Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com