JAKARTA, KOMPAS.com — Salah seorang pendiri Partai Golkar, Suhardiman, menyarankan Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie alias Ical tidak memaksakan diri untuk menjadi calon presiden. Suhardiman menilai Ical sulit memenangi pertarungan Pilpres 2014.
"Jika Ical tetap memaksakan diri maju pada Pilpres 2014, sulit untuk menang, hanya akan buang waktu dan uang saja," kata Suhardiman di Jakarta seperti dikutip Antara, Kamis (21/11/2013), menjelang penyelenggaraan Rapimnas V Partai Golkar pada 21-23 November 2013.
Suhardiman, yang juga pendiri dan Ketua Dewan Penasihat Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI), organisasi kemasyarakatan pendiri Partai Golkar, itu menambahkan, sebaiknya Ical menjadi king maker atau orang yang mempersiapkan tokoh lain menjadi presiden.
"Ical jangan jadi king, tetapi jadi king maker," kata satu-satunya pendiri Partai Golkar yang masih hidup ini.
Menurut mantan anggota Dewan Pertimbangan Agung itu, secara sosiologis, figur yang memenangi pilpres di Indonesia masih didominasi oleh capres yang berasal dari Jawa. Alasannya, mayoritas penduduk Indonesia tinggal di Pulau Jawa.
Suhardiman mengingatkan agar Partai Golkar tidak mengalami kekalahan lagi dalam pilpres secara langsung sebagaimana pernah terjadi pada Pilpres 2004 (meskipun menang pada Pemilu Legislatif 2004) dan Pilpres 2009. Untuk itu, Suhardiman meminta Rapimnas Partai Golkar bersikap realistis dengan tidak memaksakan pencapresan Ical.
Lebih baik, kata Suhardiman, Ical mendukung tokoh muda potensial dari internal partai maupun dari partai lain.Sebelumnya Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tandjung meminta pencalonan Ical dievaluasi. Namun, para fungsionaris DPP partai berlambang pohon beringin itu menegaskan bahwa pencalonan Ketua Umum DPP Partai Golkar sebagai presiden telah final berdasarkan hasil Rapimnas 2012.
Rapimnas V Partai Golkar hanya membahas konsolidasi menjelang Pemilu 2014 dan membahas siapa yang layak menjadi calon wakil presiden untuk mendampingi Ical.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.