JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Agama Suryadharma Ali mengaku ragu dengan kabar bahwa islah atau perdamaian sudah terjadi secara menyeluruh terhadap mereka yang bertikai di Sampang, Madura, Jawa Timur. Suryadharma menduga islah hanya untuk mendeskreditkan pemerintah.
"Islahnya berapa persen? Jangan terkecoh dengan pemberitaan. Tolong liat substansinya. Apa itu cuma kamuflase untuk mengundang pemberitaan dan sekaligus mendeskreditkan pemerintah?," kata Suryadharma di Jakarta, Rabu (2/10/2013).
Suryadharma mengatakan, jika memang konflik sudah selesai, berarti tidak ada lagi warga yang mengungsi di Rumah Susun Puspa Agro, Sidoarjo. Padahal, kata dia, rumah warga yang terbakar ketika kerusuhan belum dibangun.
Pemerintah, kata Suryadharma, menghormati jika memang semua pihak yang bertikai merealisasikan rekonsiliasi. Namun, kata dia, alangkah lebih baik jika itikad baik itu dikerjakan bersama-sama, termasuk melibatkan pemerintah dan ulama. Pemerintah tidak tahu menahu soal islah itu.
"Karena pemerintah sudah punya perencanaan. Jadi bukan sekedar tandatangan kemudian masalahnya dianggap selesai. Mereka yang akan dipulangkan harus ada tempat tinggal. Pihak-pihak yang bertikai juga harus secara lapang dada menerima itu. Jadi tidak main di tikungan," kata politisi Partai Persatuan Pembangunan itu.
Suryadharma menambahkan, tim rekonsiliasi yang melibatkan berbagai pihak tetap akan bekerja menyelesaikan konflik secara menyeluruh. Ia menegaskan, tim yang diketuai Rektor Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Abd A'la itu tidak pernah pasif.
Seperti diberitakan, warga Syiah Sampang dengan masyarakat Kecamatan Omben dan Karang Penang Sampang sudah menandatangani islah. Kedua pihak yang sempat konflik pada tahun 2012 sepakat agar masalah tersebut tidak berlarut-larut dan ingin segera hidup bersama lagi.
Namun, pascaperdamaian, Yayasan Bantuan Hukum Universalia yang mendampingi warga Syiah melihat ada upaya penggembosan perdamaian oleh kelompok tertentu, salah satunya kiai setempat. Para penanda tangan perdamaian dicegat oleh kelompok intoleran ketika hendak pulang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.