JAKARTA, KOMPAS.com - Berdasarkan hasil survei Lembaga Konsultan Riset Alvara, elektabilitas PDI Perjuangan dan Partai Gerindra di kalangan urban dan kelas menengah berada di urutan atas. Hanya, elektabilitas kedua parpol itu masih di bawah swing voters.
Hasil survei itu menunjukkan, elektabilitas PDIP mencapai 14,8 persen dan Partai Gerindra 12,5 persen. "Di kelompok menengah perkotaan, PDIP dan Gerindra bisa diterima oleh pemilih," kata CEO Alvara Hasanuddin Ali saat pemaparan hasil survei di Jakarta, Rabu (11/9/2013).
Hasanuddin menjelaskan, PDIP banyak didukung oleh pemilih di kelas menengah berusia 20-24 tahun dan merata di semua profesi. Adapun Gerindra paling banyak didukung kelompok usia 25-29 tahun.
Ia menambahkan, elektabilitas di bawah Gerindra, yakni Partai Golkar (8,4 persen), Partai Demokrat (7,4 persen), Partai Nasdem (4,6 persen), Partai Hanura (3,8 persen).
Elektabilitas parpol berbasis massa Islam relatif rendah di kalangan menengah, yakni Partai keadilan Sejahtera (3,4 persen), Partai Persatuan Pembangunan (2,2 persen), Partai Amanat Nasional (2,1 persen), Partai Kebangkitan Bangsa (1,7 persen), dan Partai Bulan Bintang (0,1 persen). Di urutan buncit, yakni Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (0,1 persen).
"Pemilih kelas menengah urban masih banyak yang ragu untuk menentukan partai mana yang akan dipilih. Pemilih yang belum menentukan pilihan partai mencapai 39 persen," kata Hasanuddin.
Hasanuddin menambahkan, elektabilitas parpol berbasis massa Islam rendah lantaran tidak ada tokoh yang populer di parpol tersebut. Selain itu, mayoritas responden lebih tertarik terhadap idelologi nasionalis.
Ketika ditanya mengapa elektabilitas Demokrat masih relatif tinggi meskipun telah diterpa citra negatif pascarentetan kasus korupsi, menurut Hasanuddin, hal ini tak terlepas dari unsur ketokohan Susilo Bambang Yudhoyono. Selain itu, kinerja SBY sebagai Presiden ditanggapi positif oleh kalangan menengah.
"Yang paling menikmati situasi ekonomi sekarang ini yah kelas menengah," pungkas Hasanuddin.
Alvara mengaku melakukan survei dengan wawancara tatap muka terhadap 1.532 responden. Mereka tinggal di kota-kota besar di Indonesia, yakni Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Medan, Surabaya, Makasar, Bandung, dan Semarang. Mereka dianggap mewakili seluruh kelas menengah di Indonesia.
Menurut Alvara, survei dilakukan 15 Juli sampai 23 Agustus 2013 dengan biaya sendiri. Responden yang diambil berusia 20-54 tahun dengan pengeluaran keluarga di atas Rp 4 juta per bulan.
Alasan hanya kelas menengah yang diambil sebagai responden lantaran jumlahnya sangat besar, yakni mencapai 135 juta orang. Selain itu, mereka memiliki pendidikan yang baik, mendapat akses informasi, serta rasional dalam memilih.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.