Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ikut Konvensi, Hayono Tak Ingin Kalahkan Jokowi

Kompas.com - 02/08/2013, 17:24 WIB
Indra Akuntono

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Hayono Isman membantah niatnya mengikuti konvensi calon presiden Partai Demokrat untuk mengalahkan Joko Widodo. Ia mengaku hanya ingin fokus meningkatkan elektabilitasnya yang rendah dan menjadikan pemilihan presiden sebagai arena berkompetisi yang bersahabat.

"Saya ikut konvensi bukan untuk kalahkan siapapun termasuk Jokowi. Jadi saya konsen bagaimana meningkatkan elektabilitas saya yang masih 0,7 persen," kata Hayono saat dihubungi pada Jumat (2/8/2013).

Anggota Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) ini mengaku akan mendapat hasil positif dalam seleksi konvensi dan dalam pertarungan pemilihan presiden. Modal utamanya, kata Hayono, adalah dukungan tim sukses yang andal, kepercayaan jaringan yang ia miliki, serta masyarakat yang menjadi konstituennya selama tiga periode menjadi anggota DPR.

"Modalnya adalah kepercayaan dan jaringan. Modal ini terbentuk selama saya bangun karier politik sejak muda. Sejak usia muda saya telah merintis karier saya sebagai politisi," ujarnya.

Hayono merupakan salah satu kader internal Partai Demokrat yang digadang-gadang ikut seleksi konvensi calon presiden Partai Demokrat. Beberapa tokoh internal Demokrat lainnya adalah Wakil Ketua Majelis Tinggi Marzuki Alie, dan anggota Dewan Pembina Prabowo Edhie Wibowo.

Target yang dipatok juga tidak tanggung-tanggung. Partai Demokrat berharap tokoh yang lolos seleksi dan memenangi bursa konvensi calon presiden dapat memenangi pemilihan presiden 2014.

Tokoh yang menang dalam konvensi akan didukung habis-habisan untuk mengalahkan semua calon presiden yang ada, termasuk bila Jokowi akhirnya jadi maju sebagai calon presiden. Nama Joko Widodo menjadi jawara hampir di seluruh hasil survei yang dilakukan banyak lembaga.

Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Melani Leimina Suharli menegaskan, konvensi menjadi sia-sia kalau tak memiliki peluang mengalahkan semua calon presiden yang ada. Menurutnya, memenangi pemilihan presiden atau mengalahkan Jokowi merupakan hal realistis. Pasalnya, Melani yakin popularitas Jokowi hanya unggul dalam hasil survei dan bukan cerminan dari masyarakat pemilih di seluruh Indonesia.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Nasional
5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

Nasional
Deretan Mobil Mewah yang Disita di Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Deretan Mobil Mewah yang Disita di Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Nasional
[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com