Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hak Politik Penyandang Disabilitas yang Dibungkam

Kompas.com - 30/07/2013, 22:45 WIB
Sabrina Asril

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Gegap gempita pesta demokrasi di berbagai daerah di Indonesia ternyata tidak dirasakan bagi para kaum minoritas, penyandang disabilitas. Bagi tunanetra, hak politik mereka untuk memilih kandidat pilihannya terpaksa tak bisa digunakan lantaran tak adanya alat bantu kertas suara huruf braille yang disediakan penyelenggara pemilu. Sementara itu, bagi tunadaksa, lokasi tempat pemungutan suara (TPS) cukup menyulitkan mereka untuk memilih.

"Indonesia masih belum ramah terhadap penyandang disabilitas. Dari lima daerah yang kami survei, dua daerah, yakni Tangerang dan Pangkal Pinang, tidak punya sama sekali template braille. Alasannya setiap kali kami berdebat, mereka berdalih tidak ada mandat untuk menyediakan itu," ujar Koordinator Nasional Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) Mochammad Afifuddin di dalam diskusi di Hotel Kempinski, Jakarta, Selasa (30/7/2013).

Di daerah lainnya seperti DKI Jakarta dan Mamuju, sebut Afif, fasilitas bagi penyandang disabilitas juga belum maksimal. Ia mecontohkan pada Pemilukada DKI Jakarta tahun 2012, KPU Provinsi DKI Jakarta sama sekali tidak menyediakan kerta suara huruf braille bagi tunanetra. Setelah ditegur dan diberikan pembimbingan, KPU DKI Jakarta akhirnya menyediakan kertas suara huruf braille pada putaran kedua.

Sementara itu di Mamuju, kertas suara tidak dibuat dalam huruf braille. Namun, bagi tunanetra disediakan kertas suara dengan huruf timbul. Selain itu, bagi tunadaksa, kata Afif, nasibnya setali tiga uang. Posisi TPS hingga kini masih dinilai tidak membuat akses bagi penyandang disabilitas. Seharusnya TPS itu dilengkapi dengan jalan khusus pengguna kursi roda hingga bentuk bilik suara yang membuat tidak nyaman.

Hal lain yang disoroti JPPR adalah ketidakpahaman para penyelenggara pemilu dalam memberikan informasi hingga pada saat hari pemungutan suara. “Di beberapa tempat, bagi penyandang disabilitas, mereka memilih di rumahnya sendiri didatangi petugas. Tetapi, di situ tidak ada kerahasiaan, kertas suara dibuka begitu saja di meja untuk dipilih penyandang disabilitas. Padahal, prinsip utama pemilu luber (langsung, umum, bebas, rahasia)," ucap Afif.

Lebih lanjut, Afif mengusulkan agar KPU segera menerbitkan petunjuk pelaksanaan bagi para petugas KPPU tentang cara berinteraksi dengan penyandang disabilitas. Pelatihan terhadap mereka juga perlu diintensifkan.

Berdasarkan data ASEAN General Election for Disability Access (Agenda), penyandang disabilitas di seluruh dunia mencapai 15 persen dari total jumlah penduduk. Sementara itu, jumlah penyandang disabilitas di kawasan Asia Tenggara mencapai 90 juta orang dari 600 juta penduduk.

Afif mengingatkan bahwa Indonesia sudah meratifikasi konvensi hak-hak penyandang cacat. Dengan demikian, dibutuhkan komitmen dan konsistensi penyelenggara pemilu bagi penyandang disabilitas. "Penyandang disabilitas tidak meminta diistimewakan. Mereka hanya mau hak-haknya, sama juga seperti kita, untuk dilindungi," tutup Afif.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Nasional
Polri Sita Aset Senilai Rp 432,2 Miliar Milik Gembong Narkoba Fredy Pratama

Polri Sita Aset Senilai Rp 432,2 Miliar Milik Gembong Narkoba Fredy Pratama

Nasional
Pesawat Super Hercules Kelima Pesanan Indonesia Dijadwalkan Tiba di Indonesia 17 Mei 2024

Pesawat Super Hercules Kelima Pesanan Indonesia Dijadwalkan Tiba di Indonesia 17 Mei 2024

Nasional
Daftar Sementara Negara Peserta Super Garuda Shield 2024, dari Amerika hingga Belanda

Daftar Sementara Negara Peserta Super Garuda Shield 2024, dari Amerika hingga Belanda

Nasional
Profil Haerul Amri, Legislator Fraksi Nasdem yang Meninggal Ketika Kunker di Palembang

Profil Haerul Amri, Legislator Fraksi Nasdem yang Meninggal Ketika Kunker di Palembang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com