Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memandang Indonesia dari Terminal Ledeng

Kompas.com - 30/07/2013, 17:08 WIB

Beragam kegiatan seni dan budaya kerap berlangsung di CCL. Mulai dari pementasan teater, tari, hingga diskusi. Bahkan tak cuma itu, untuk menghargai para tokoh yang berjasa untuk lingkunganya pun CCL memberikan semacam penghargaan.

"CCL Award untuk tahun depan diberikan untuk yang keenam kali, tapi dipersiapkan sejak sekarang. Sebab, CCL harus membuat film pendek kisah hidup para penerima award. CCL keempat yang menerima empat orang. Ada Mang Ipung yang jadi hansip sepanjang hidup, pakai upacara segala, pidato budaya, hadiahnya telur sekilo, beras 5 kilo, minyak kelapa sekilo, gula kopi, piagam yang ditandatangani oleh kami dan warga," imbuh Iman.

Iman menjelaskan, pemberian award bermula pada keprihatinan karena banyak warga yang mengabdi kepada masyarakat tapi tidak pernah memperoleh apresiasi dari instansi pemerintah. "Spiritnya, kami harus memberi martabat kepada mereka. Mengharukan sekali, Ada salah satu nominator, Farid namanya, dia mencetak goal untuk bandung raya sebanyak 24 goal. Dia  Cuma mendapat penghargaan di Koran, tapi kecil."

CCL award mulai dilaksanakan sejak tahun 2001. Idenya, bagaimana mereka menjadi inspirasi bagi yang lain. Sebagai referensi, Iman dan anggota komunitas Ledeng melihat seremoni pembagian award seperti yang berlangsung di gedung-gedung mewah, televisi, dan tempat-tempat mentereng lainnya dengan pengkategorian menyangkut bidang budaya, lingkungan, keagamaan, dan pendidikan.

Iman masih ingat, Pak Guru Qomar adalah penerima award pertama, karena Qomar mengabdikan hidupnya sebagai pendidik.

"Ke depan kami akan membuka lebih luas di luar wilayah Babakan, Ledeng, Ciroyom. Kami ingin memberikan kepada warga se kotamadya Bandung. Tapi kami suka berpikir, apa mereka nggak tersinggung karena cuma mendapat telor. Ke depan, ada rencana menyelenggarakan festival monolog domba cup. Kebetulan Kang Ahmad, warga Babakan, yang memiliki 3 ekor domba, yang akan menyumbangkan domba-dombanya untuk festival."

Saat ditanya, apakah warga sekitar sanggar tidak terganggu dengan "kegaduhan" yang berlangsung di CCL, mengingat hampir setiap hari ada aktivitas anak-anak muda yang berlatih teater atau lainnya. Iman menjawab, Warga sekitar  sanggar sudah sangat biasa mendengar teriakan-teriakan, karena begitulah dari dulu adanya."

Untuk menunjang kegiatan-kegiatan yang berlangsung di CCL, Iman juga mengantisipasinya dengan penasihat cuaca dari Boscha. "Kalau curah hujan masih tinggi saya ngga berani pentas."

***
Sebagai institusi yang juga membuka kesempatan kepada siapapun untuk menimba ilmu di sini, CCL juga kerap dikunjungi oleh seniman dari dalam dan luar negeri. Karena anggota CCL terdiri dari berbagai profesi, maka waktunya pun diatur sesuai dengan jadwal mereka. Ada ibu Yani, tukang nasi. Dedi warsana, guru TK. Aji biasanya ngurusi listrik. Asep sopir angkot. Didin tukang bangunan.

"Saya  tidak punya target kapan waktunya mereka manggung. Saya harus menunggu kesiapan mereka pentas. Tapi biasanya saya kasih ancar-ancar. Beberapa kelompok teater memang tak memproyeksikan pada target, tapi pada proses pemahaman berkesenian. Pak RW kami dulu adalah dalang dan pengarang lagu."

Tak cuma mereka yang datang dari sekitar, CCL juga pernah menerima kedatangan orang-orang asing yang berniat belajar bersama di tempat ini. Beberapa dari mereka yang tercatat ada Asaad Abdee dari Palestina, dari Jerman Monica Wulf, dari Australia don Moumouny, dari Brazil Carlos Gomez, Yunani Alex Blias. Mereka datang tahun 2007 untuk program penggarapan teater berjudul The Tangle Garden yang naskahnya menggunakan bahasa Sunda, Indonesia dan Inggris.

"Mereka berada di sini sampai 3 bulan, dan pentas sama-sama diCCL dengan naskah yang dibuat bersama-sama, sutradaranya carlos Gomez. Selama tinggal di sini mereka dititipkan ke penduduk setempat. Ada yang dititipkan ke warung Padang, penjual rokok, dan lain-lain supaya mereka bisa bersosialisasi dengan masyarakat di sini dan bersaudara dengan masyarakat setempat," tutur Iman.
***
Sudah pukul 2 dini hari. Satu per satu peserta ngobrol pun undur diri. Fadli Zon pamit terlebih dulu, sebab pagi-pagi benar dia harus terbang ke Jakarta. Berikutnya Iman Soleh juga pamit, disusul Mak Katik. Aie Angek telah sunyi.

@JodhiY

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Anies, JK, hingga Sandiaga Nonton Bareng Film LAFRAN yang Kisahkan Pendiri HMI

Anies, JK, hingga Sandiaga Nonton Bareng Film LAFRAN yang Kisahkan Pendiri HMI

Nasional
Respons KPK Soal Harun Masiku Nyaris Tertangkap pada 2021

Respons KPK Soal Harun Masiku Nyaris Tertangkap pada 2021

Nasional
55.000 Jemaah Haji Indonesia Ikuti Murur di Muzdalifah Usai Wukuf

55.000 Jemaah Haji Indonesia Ikuti Murur di Muzdalifah Usai Wukuf

Nasional
Anggota Komisi I DPR Dukung Kemenkominfo Ancam Blokir X/Twitter karena Izinkan Konten Porno

Anggota Komisi I DPR Dukung Kemenkominfo Ancam Blokir X/Twitter karena Izinkan Konten Porno

Nasional
Sindir Wacana Bansos untuk Penjudi Online, Kriminolog: Sekalian Saja Kasih Koruptor yang Dimiskinkan...

Sindir Wacana Bansos untuk Penjudi Online, Kriminolog: Sekalian Saja Kasih Koruptor yang Dimiskinkan...

Nasional
Pemerintah Semestinya Bikin Orang Lepas dari Judi Online, Bukan Memberikan Bansos

Pemerintah Semestinya Bikin Orang Lepas dari Judi Online, Bukan Memberikan Bansos

Nasional
Soal Duet Anies dan Kaesang, PKS: Status Anak Jokowi Belum Tentu Jadi Nilai Tambah

Soal Duet Anies dan Kaesang, PKS: Status Anak Jokowi Belum Tentu Jadi Nilai Tambah

Nasional
Kepala BNPT Apresiasi Densus 88 yang Proaktif Tangkap Residivis Teroris di Cikampek

Kepala BNPT Apresiasi Densus 88 yang Proaktif Tangkap Residivis Teroris di Cikampek

Nasional
Pertamina Luncurkan 'Gerbang Biru Ciliwung' untuk Kembangkan Ekosistem Sungai

Pertamina Luncurkan "Gerbang Biru Ciliwung" untuk Kembangkan Ekosistem Sungai

Nasional
Kriminolog Nilai Penjudi Online Mesti Dipandang sebagai Pelaku Pidana

Kriminolog Nilai Penjudi Online Mesti Dipandang sebagai Pelaku Pidana

Nasional
Harun Masiku Nyaris Diringkus di 2021, tapi Gagal Akibat KPK Ribut Internal

Harun Masiku Nyaris Diringkus di 2021, tapi Gagal Akibat KPK Ribut Internal

Nasional
Satgas Pangan Polri Awasi Impor Gula yang Masuk ke Tanjung Priok Jelang Idul Adha 2024

Satgas Pangan Polri Awasi Impor Gula yang Masuk ke Tanjung Priok Jelang Idul Adha 2024

Nasional
Eks Penyidik KPK Curiga Harun Masiku Tak Akan Ditangkap, Cuma Jadi Bahan 'Bargain'

Eks Penyidik KPK Curiga Harun Masiku Tak Akan Ditangkap, Cuma Jadi Bahan "Bargain"

Nasional
Sosiolog: Penjudi Online Bisa Disebut Korban, tapi Tak Perlu Diberi Bansos

Sosiolog: Penjudi Online Bisa Disebut Korban, tapi Tak Perlu Diberi Bansos

Nasional
KPK Hampir Tangkap Harun Masiku yang Nyamar Jadi Guru di Luar Negeri, tapi Gagal karena TWK

KPK Hampir Tangkap Harun Masiku yang Nyamar Jadi Guru di Luar Negeri, tapi Gagal karena TWK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com