Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

15 Tahun Reformasi, Indonesia Negara dengan Kebebasan

Kompas.com - 22/05/2013, 04:33 WIB
Dani Prabowo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Setelah 15 tahun perjalanan era Reformasi di Indonesia, survei menyatakan bahwa Indonesia telah menjadi negara yang menghormati kebebasan. Kebebasan yang dimaksud di sini meliputi kebebasan berpolitik, kebebasan berbicara, dan kebebasan pers. Salah satunya adalah hasil survei yang digarap Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC).

"Berkenaan dengan kebebasan persaingan antarpartai atau politisi, 67,5 persen (responden) menilai penting bagi bangsa. Dan 50,7 persen menilai kebebasan persaingan antara partai atau politisi kini lebih baik daripada masa Orde Baru," kata Direktur Riset SMRC Djayadi Hanan saat memaparkan hasil survei SMRC terhadap perjalanan 15 tahun Reformasi di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta, Selasa (21/5/2013). SMRC menggunakan 1.200 responden untuk mengetahui tingkat perbandingan kepuasan antara pemerintahan Orde Baru dan Reformasi.

Survei yang berlangsung pada 1-10 April 2013 ini menggunakan metode wawancara tatap muka, dengan responden acak. Sampel diambil menggunakan teknik probably sampling. Sementara margin of error survei adalah 3 persen, dengan tingkat kepercayaan 95 persen.

Terkait kebebasan dalam berbicara, kata Djayadi, sebanyak 96,1 persen responden menyatakan kebebasan berbicara adalah hal yang penting. "Dan 70,9 persen menilai kebebasan berbicara kini lebih baik daripada masa Orde Baru," ungkapnya.

Demikian pula dalam hal kebebasan pers. "Sebanyak 93,6 persen menilai kebebasan pers penting bagi bangsa. Dan sebanyak 73,6 persen menilai kebebasan pers saat ini lebih baik daripada Orde Baru," ujar Djayadi.

Pada awal Reformasi, tutur Djayadi, banyak kalangan memperkirakan Indonesia akan hancur, terpecah, dan terpuruk. Kekhawatiran itu tak terbukti, bahkan berdasarkan laporan tahunan (2005-2013) salah satu LSM terkemuka di Amerika Serikat, Freedom House, Indonesia dinyatakan sebagai negara bebas ketika dibandingkan dengan negara lain di kawasan ASEAN.

"(Kebebasan di Indonesia) sejajar dengan Jepang, Korea Selatan, India, dan Taiwan," kutip Djayadi dari pernyataan LSM itu. Djayadi menambahkan, tidak sedikit lembaga internasional yang memprediksi Indonesia akan menjadi salah satu negara penting. Salah satunya konsultan terkemuka Morgan Stanley yang meramalkan akan ada lima negara ekonomi baru yang berposisi dominan pada tahun 2020, mereka adalah Brasil, Rusia, India, China, dan Indonesia (BRICI).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com