Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Budaya Malu Menghilang, Korupsi Dianggap sebagai Kewajaran

Kompas.com - 30/04/2013, 02:26 WIB

Setiap bangsa memiliki karakteristik sosio-historis dan tantangannya tersendiri yang membawa corak perjuangannya masing-masing. Tidak ada dua bangsa yang cara berjuangnya sama. Karena berbeda, maka melahirkan corak tokoh yang berbeda. Dalam konteks ini, nama Soekarno yang menyerukan kemerdekaan bagi bangsa Asia Afrika dan Amerika Latin lebih hebat dari Simon Bolivar. Hatta dengan gagasan sosio-demokrasi dan haluan reformisnya sejajar dengan Jawaharlal Nehru dan Eduard Bernstein.

Selain berdiskusi dan menjadi narasumber, kegiatan nyata apa yang Bapak Yudi lakukan untuk menyatakan atau mengajarkan norma yang benar kepada masyarakat, terutama untuk kelas ekonomi ke bawah?(Kornel Ginting, kornelgxxx@yahoo.com)

Secara jujur harus saya katakan, belum banyak yang saya perbuat dalam aksi pemberdayaan masyarakat karena pengabdian saya adalah pengembangan pemikiran. Dalam bidang ini, posisi intelektual saya dalam memperjuangkan keadilan sosial dan kaum yang terpinggirkan terlihat di hampir semua artikel dan buku saya.

Meskipun begitu, saya masih terlibat dalam aksi-aksi pemberdayaan. Bersama Pusat Studi Islam dan Kenegaraan (PSIK) Indonesia yang saya pimpin, kami mengembangkan jaringan demokrasi antarkampus, yang melibatkan tidak kurang dari 50 perguruan tinggi di seluruh Indonesia.

Apakah yang menyebabkan Bung Yudi tidak tertarik terhadap partai politik sebagai media untuk menyalurkan ide dan pemikiran dalam rangka membangun bangsa? (Indra Yusuf, Cirebon)

Ada banyak cara mengaktualisasikan perjuangan politik. Terlebih jika istilah politik tersebut dimaknai dalam kerangka sosiologi politik baru. Politik dalam artian ini bisa dilihat sebagai sesuatu yang bersifat kultural. Kehidupan sosial didasarkan pada pemaknaan, maka pemanipulasian dan pertarungan makna itu sendiri menjadi bersifat politis.

Bergabung ke dalam partai politik belum tentu dapat memperjuangkan idealisme, apalagi jika kondisi partai politik tidak bisa disehatkan begitu saja dari dalam, karena kesalahan dalam desain institusi demokrasi.

Banyak tokoh dari Indonesia yang sangat luar biasa. Di antara tokoh-tokoh Indonesia tersebut, siapakah tokoh yang paling Anda kagumi? Mengapa? (Dani Ramadhan, UPI, Bandung)

Saya sesungguhnya tidak memiliki kekaguman yang membuta terhadap siapa pun.

Namun, seperti telah saya sebutkan di atas, dengan segala kekurangannya, Soekarno dan Hatta merupakan dua tokoh yang saling melengkapi; dwitunggal yang pantas dikagumi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com