Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Budaya Malu Menghilang, Korupsi Dianggap sebagai Kewajaran

Kompas.com - 30/04/2013, 02:26 WIB

Hal yang perlu ditekankan adalah pentingnya pertautan pengetahuan moral dengan perilaku aktual dalam situasi konkret. Untuk itu, pendidikan karakter perlu melibatkan partisipasi komunitas (orangtua, ormas, dan media). Dalam pendidikan karakter, komunitas sekolah mengidentifikasi nilai-nilai inti sekolah dan masyarakat untuk mendidik dan meneguhkan nilai-nilai bersama dalam kehidupan siswa.

Bagaimana caranya agar pelajaran PKN menjadi menarik dan dapat membentuk siswa yang berkepribadian Pancasilais? (Lilik Handayani, Yogyakarta)

Pemahaman keilmuan terhadap Pancasila bisa ditumbuhkan lewat perbandingan ideologi serta kajian-kajian teoretis-komparatif atas kandungan sila-sila Pancasila. Dimensi tindakan dari Pancasila bisa diajarkan lewat kerja- kerja nyata melalui aksi kelompok dalam gerakan kepanduan, olahraga, bakti sosial, dan sejenisnya; juga turut berpartisipasi dalam mengupayakan agar Pancasila mempunyai konsistensi dengan produk-produk perundang-undangan, koherensi antarsila, dan korespondensi dengan realitas sosial.

Buku tentang Pancasila yang sedang disusun Pak Yudi, apakah akan mulai dipergunakan sebagai buku pelajaran dalam tahun ajaran baru mendatang?(Berliana Sianturi, Jakarta Timur)

Dalam buku ini, kandungan nilai setiap sila Pancasila diekspresikan dalam bentuk kisah keteladanan tokoh- tokoh bangsa sehingga memudahkan guru-guru PKN/PMP tingkat pendidikan dasar untuk mengajarkan Pancasila.

Mengajarkan Pancasila di tingkat SD tidak perlu terlalu teoretis dan jumbuh dengan jargon-jargon legal-formal, tetapi lebih baik diberikan dalam bentuk kisah-kisah keteladanan yang menggugah. Lebih dari itu, buku ini juga bisa menjadi rujukan bagi calon-calon pemimpin bangsa agar bisa meneladani pemimpin-pemimpin bangsanya sendiri; tidak selalu menjadikan pemimpin luar sebagai pusat teladan. Apakah buku ini akan dijadikan buku pelajaran yang direkomendasikan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, wallahu ’alam! Yang penting, kewajiban intelektual telah kami tunaikan.

Sebagai orang Indonesia, bagaimana cara kita menyikapi agar tidak kehilangan referensi tokoh dari bangsa sendiri (Ririn Kurnila Sari, Yogyakarta)

Kita harus mengembangkan sikap positif terhadap masa lalu. Setiap sejarah bangsa memang selalu menghadirkan para pengkhianatnya tersendiri. Namun, jika suatu bangsa masih bertahan, hal tersebut disebabkan masih ada tokoh-tokoh yang tidak bersekutu dengan pengkhianatan. Kedua, kita harus bersikap adil terhadap manusia. Tidak ada seorang manusia pun tanpa cacat.

Dengan segala kesalahannya, kita harus bisa melihat sisi-sisi keteladanan tokoh-tokoh bangsa. Kita perlu menumbuhkan kepercayaan dan penghargaan terhadap warisan luhur bangsa sendiri, terbebas dari rasa rendah diri yang sering cepat terpesona pada apa pun yang datang dari luar.

Kita mengenal Mahatma Gandhi atau Martin Luther King Jr sebagai tokoh yang memperjuangkan hak-hak masyarakat melalui metode nirkekerasan. Menurut Anda, apakah Indonesia memiliki tokoh yang patut disejajarkan dengan orang-orang tersebut? (Nadia Farabi, Yogyakarta)

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com